Wednesday, July 19, 2017

Teknologi Bahan (Konstruksi Perlindungan Terhadap Cuaca)


3.1 Pelapis dinding luar
            Kesadaran terhadap pembangunan yang berkesinambungan dan kemerosotan bahan sumber daya alam, dalam hal ini kayu akan meningkatkan perhatian atas cara dan konstruksi pelindung gedung terhadap cuaca.
            Tuntutan atas konstruksi dinding kayu, sering dibagi dengan memilih penyelesaian berlapis-lapis.
Ø  Lapisan struktur menerima dan menyalurkan beban yang terjadi dalam konstruksi gedung.
Ø  Lapisan dinding luar pada konstruksi kayu menerima beberapa tugas sekaligus, seperti menstabilkan kerangka gedung, melindungi gedung terhadap cuaca, serta menanggulangi kebisingan.
Ø  Lapisan dinding dalam merupakan penyelesaian disebelah dalam gedung yang menutup lapisan struktur dan biasanya juga dapat dimanfaatkan untuk menstabilkan kerangka gedung.
Lapisan dinding luar dari kayu
            Penggunaan papan kayu sabagai lapisan dinding luar bergantung pada konstruksi dinding rangka yang dipilih. Pemasangan papan dinding dapat dilakukan secara:
1)      Pemasangan papan dinding vertikal
a)      Papan dinding bercelah terbuka
b)      Pemasangan papan dinding dengan bilah pelindung.
c)      Pemasangan papan dinding dengan papan pelindung sedemikian rupa sehingga terdapat struktur pada dinding yang menonjol.

2)      Pemasangan papan dinding horizontal
a)      Papan horizontal yang bersisik dan ujung bawahnya diruncingkan.
b)      Papan horizontal beralur lidah.
c)      Papan diagonal beralur lidah.

Pengawetan kayu pelapis dinding luar terhadap iklim
            Beberapa cara pengawetan kayu terhadap pengaruh iklim:
a)      Dengan tidak menggunakan papan yang lebar akibat pengaruh radiasi inframerah
b)      Menggunakan lapisan kedap air dibawah balok bantalan dari kayu untuk menghindari kelembapan udara
c)      Memilih atap sengkuap yang lebar dengan permukaan papan yang licin untuk menghindari air hujan
d)     Jika kayu dicat harus menggunakan cat yang mengizinkan kelembapan tembus walaupun air ditolak untuk menghindari kelembapan udara yang mengakibatkan kayu mengembang dan terancam busuk karena berjamur
e)       Memilih papan yang permukaannya licin dengan pembukaan penghawaan konstruksi dilengkapi dengan kawat nyamuk untuk menghindari hama(serangga perusak kayu)
f)       Memilih jenis kayu yang tahan terhadap jamur
3.2 Pelapis dan penutup atap
            Guna pelapis dan penutup atap ialah sebagai kulit pelindung kuda-kuda atap dan ruang dibawahnya. Penutup atap harus kedap air, tahan cuaca, tahan terhadap bunga api penerbangan, berbobot ringan, dan berdaya tahan lama. Pilihan penutup atap juga tergantung pada estetika dan harus memenuhi syarat-syarat keindahan dibandingkan dengan atap-atap disekelilingnya.
Sistem sambungan bahan pelapis dan penutup atap
            Kemiringan atap dipengaruhi selain oleh bahan juga oleh sistem sambungan dan celah. Semakin kecil bahan penutup atap dan semakin banyak celah pada pmasangan yang akan menyebabkan ketirisan, harus semakin terjal atapnya supaya air hujan dapat mengalir dengan cepat.
            Pada prinsipnya ada tiga macam sambungan, yaitu celah terbuka, celah tertutup/terkunci, dan sambungan tanpa celah.
            Menurut kemiringannya, atap digolongkan sebagai:
·         Atap terjal dengan kemiringan > 23o
·         Atap landai dengan kemiringan < 23o
·         Atap datar dengan kemiringan < 5o
3.2.2 Pelapis atap
            Pelapis atap adalah lapisan tambahan kedap air yang dipasang diatas usuk dan dijepit dengan reng yang dipaku sejajar disebelah atas pada setiap kasau sebelum reng untuk penutup atap dipasang.

3.2.3 Penutup atap
            Penutup atap adalah lapisan kedap air teratas pada konstruksi atap.
Sirap kayu dan sirap pelat semen berserat
            Sirap kayu harus dibuat dari kayu kelas awet yang seratnya lurus, bebas dari mata kayu, serta tidak retak-retak.
3.2.4 Konstruksi lisplank
            Konstruksi lisplank melindungi ujung kasau, reng atau konstruksi langit-langit dibawah atap sengkuap sehingga air hujan tidak dapat masuk. Konstruksi lisplank biasanya dibuat dari kayu yang tahan cuaca, yang kering, dan yang tumbuh lurus tanpa cacat. Konstruksi lisplank digolongkan menjadi lisplank tirisan dan lisplank gevel.
3.3 Jendela dan pintu
3.3.1 Konstruksi jendela
            Jendela merupakan lubang cahaya dan lubang udara dalam gedung. Sebagai bingkai berkaca, jendela juga merupakan perlindungan terhadap angin, hujan, udara panas/dingin, kebisingan serta pencuri. Penempatan dan besar jendela pada gedung ditentukan oleh fungsi penghawaan dan kebutuhan cahaya didalam, pandangan estetis diluar, dan pertimbangan konstruktif.
Kosen jendela
            Kosen dari kayu berfungsi sebagai pemegang sayap jendela dimana sayap tersebut melekat dengan engsel yang letaknya dapat berada disebelah kanan, kiri, atau dibagian atas maupun bawah menurut kebutuhan.
            Konstruksi jendela tanpa kosen berarti bingkai jendela dipasang langsung pada ujung lubang dinding yang disediakan. Bagian kiri-kanan dan balok latei diplester rata dan halus, sedangkan bagian ambang bawah dibuat dari beton atau dari pelat baja dilipat khusus dari baja pelat yang dicanai setebal > 1mm atau dapat dibuat dari alumunium. Permukaan atasnya harus miring > 10% sehingga air hujan dapat mengalir kebawah.
            Jendela krepyak biasanya dipasang pada (di luar) jendela kaca atau bingkai kawat nyamuk sebagai pelindung terhadap hujan, panas terik matahari, pencuri, dan sebagainya.

Perlengkapan jendela
            Engsel merupakan alat penggantung atau pelipat pada jendela.Engsel dibagi atas tiga golongan, yaitu engsel pasak mati, engsel pasak lepas, dan engsel kupu-kupu.
            Peralatan pengatu pembukaan jendela berfungsi sebagai penyetel dan pengait pada jendela sehingga dalam keadaan terbuka jendela tetap aman terhadap angin dan menjamin penghawaan ruang.
            Alat penutup digunakan untuk mengunci jendela dalam keadaan tertutup.
3.3.2 Konstruksi pintu
Kosen pintu
            Konstruksi kosen dari kayu untuk pintu tidak berbeda dengan konstruksi kosen dari kayu untuk jendela . Atas dasar penentuan itu, hanya perlu diperhatikan hal-hal yang berbeda dengan kosen jendela, yaitu persoalan ambang pintu dan umpak yang biasanya dibuat dari beton.
Konstruksi pintu dari kayu
            Daun pintu papan merupakan konstruksi pintu dari kayu yang paling sederhana dibuat dari papan berketebalan 18-24mm. Papan-papan daun pintu disambung tumpul atau beralur-lidah. Papan tersebut diketam dan dipasang papan berkelam kura-kura 28x120mm. Kelam diagonal disambung gigitunggal pada papan kura-kura dan dengan sekrup pada daun pintu. Engsel pasak atau T ditempatkan ditengah papan kura-kura.
            Daun pintu panel merupakan konstruksi pintu yang terdiri dari bingkai yang disambung dengan purus dan lubang. Panel dapat dibuat dari kayu masif, kayu lapis, maupun dari kaca.
            Daun pintu berlapis merupakan konstruksi pintu panel dengan lapisan dari papan atau kayu lapis pada kedua belah sisi, yang mengganti panel. Dengan lapisan papan beralur lidah yang vertikal, daun pntu rumah tahan terhadap cuaca dan maling.
            Daun pintu dengan permukaan datar merupakan konstruksi yang dapat dibagi atas dua jenis, yaitu daun pintu masif yang dibuat dari satu pelat kayu lapis, papan blok, papan lamin, serta papan partikel, atau daun pintu ringan yang dibuat dari dua lapisan triplek
            Konstruksi pintu sorong merupakan konstruksi yang memiliki keuntungan menghemat tempat pada keadaan pintu dibuka. Pada prinsipnya terdapat dua cara konstruksi, yaitu pintu sorong yang bergantung dan pintu sorong yang berdiri. Konstruksi pintu sorong yang bergantung terdiri dari daun pintu yang tidak menerima gaya tarik dan gaya tekan sepertidaun pintu biasa, dan karena itu pengembangan dan penyusutan kayu tidak mengganggu fungsinya.
Perlengkapan pintu
            Engsel merupakan alat penggantung pada pintu. Engsel menerima beban dari daun pintu. Engsel yang tepat untuk daun pintu ialah engsel pasak lepas dan engsel kupu-kupu yang kuat. Supaya engsel dapat digerakkan dengan mudah, biasanya digunakan engsel dengan cincin berantara dari bahan sintetik seperti selulose-asetat atau selulose-asetubutirat.
            Kunci pintu dipasang pada daun pintu sedemikian rupa sehingga pegangan berada 90-100cm diatas permukaan lantai.

            Kunci pengaman merupaka kunci dimana bagian keamanan dipisahkan dari bagian penutup pintu. Supaya kunci pengaman betul-betul aman, silindernya tidak boleh menonjol keluar dari permukaan daun pintu. Demi keamanan juga disarankan pintu rumah hanya bagian dalamnya yang dilengkapi dengan pegangan.       

Teknologi Bahan (Mutu dan Jenis Kayu Konstruksi)

Mutu dan Jenis Kayu Untuk Konstruksi

Mutu kayu dibagi menjadi 2 jenis mutu yakni mutu A dan mutu B.
Mutu A
1.        Kadar lengas kering udara 12-18%, rata-rata 15%

2.        Mata kayu :
       d1 ≤ 1/6h ; d2 ≤  1/6b
       d1 ≤ 3,5 cm ; d2 ≤ 3,5 cm

3.        Wanvlak
       e1 ≤ 1/10b ; e2 ≤ 1/10h
       b2 tinggi balok
       h2 tinggi balok

4.        Miring arah serat
       tg α ≤ 1/10

5.        Retak-retak
       Hr ≤ 1/4b ; ht ≤ 1/5b


Mutu B

1.        Kadar lengas kering ≤ 30%

2.        Mata kayu :
       d1 ≤ 1/4h ; d2 ≤  1/4b
       d1 ≤ 5cm ; d2 ≤ 5cm

3.      Wanvlak
e1 ≤ 1/10b ; e2 ≤ 1/10h

4.      Miring arah serat
       tg α ≤ 1/7

5.      Retak-retak
Hr ≤ 1/3b ; ht ≤ 1/4b



Beberapa jenis kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi.

1. Kayu Jati      
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.

2. Kayu Merbau
            Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.

3. Kayu Bangkirai/Yellow Balau
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan

4.        Kayu Kamper
Kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.

5.        Kayu Kelapa
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.

6.        Kayu Meranti Merah
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan.

7.        Kayu Karet
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%. Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi.

8.        Kayu Gelam
Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu, Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan penyerap.

9.        Kayu Ulin
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.

10.    Kayu Akasia
Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.

Jenis Boulder yang ada di pelabuhan Benoa - Bali


Jenis boulder yang ada dipelabuhan benoa yaitu berupa boulder pengikat, dimana kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan mengikatkan tali-tali penambat ke bagian haluan, buritan dan badan kapal. Seperti yang terlihat pada gamabar di bawah ini.

Gambar 2.13 Penambatan kapal ke dermaga pada boulder


Tabel jumlah dan type boulder di Pelabuhan Benoa.
Lokasi
Type
Jumlah
Tahun
Dermaga Lokal di Zone Perikanan bagian barat selatan
40 ST
15
-
Dermaga Lokal di Zone Perikanan bagian barat utara
40 ST
12
2001
40 ST
2
2002
Mooring Dolphin
Type T
1
2013

Type boulder yang digunakan dipelabuhan benoa yaitu type Staghorn Bollard dan type Tee Bollard, yaitu sejumlah 29 buah Staghorn Bolard pada dermaga lokal di zona perikanan dan 1 buah Tee Bollard pada Mooring Dolphin dengan kapasitas 150 Ton.



PENGAMATAN SALURAN TUKAD MATI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bali merupakan Kota Wisata, dimana sektor pariwisata merupakan unggulan daerah bali. Untuk mempertahankan dan lebih banyak menarik kunjngan wisatawan maka pemerintah memberika perhatian yang serius terhadap faktor-faktor yang akan mempengaruhi kunjungan wisata. Salah satu diantaranya adalah menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kota Denpasar dengan berbagai fungsinya (kota pendidikan, perdagangan, pariwisata, ibu kota provinsi Bali, dan sebagai kota Denpasar) tidak terlepas dari hal tersebut. Penduduk kota terdiri-dari berbagai lapisan, etnis, dan golongan ekonomi mencerminkan keragaman dan fungsi kotanya. Keragaman penduduk mecerminkan pula mencerminkan kondisi permukimannya yang terdapat di kota Denpasar. Fasilitas berupa prasarana lingkungan yang dimiliki masing-masing lingkungan sangat berbeda yang tentu menimbulkan berbagai permasalahan lingungan yang dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat di daerah perkotaan.
Perkembangan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat serta meningkatnya aktivitas perekonomian berdampak pada permasalahan munculnya penurunan kualitas lingkungan. Penanganan sampah yang tidak ditangani dengan baik terutama di daerah permukiman padat akan menjadi kendala utama dalam kebersihan lingkungan dan berpotensi terhadap adanya penyumbatan saluran sehingga salauran drainase tidak berfungsi. Penanganan sampah yang belum optimal merupakan salah satu penyebab terjdinya penurunan kapasitas penampung saluran sehingga terjadi luapan air maupun genangan.
Pada belakangan ini di kota Denpasar, permasalahan yang mengemuka pada setiap musim hujan adalah masalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan linkungan. Terjadinya banjir dan genangan disebabkan oleh fungsi pembuangan iar (drainase) kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi perencanaan teknik maupun pelaksaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnya sehingga terjadinya penyumbatan saluran drainase oleh sampah industri maupun sampah rumah tangga.
Berbagai permasalahan tersebut di atas muncul sebagai akibat dari perkembangan pembangunan fisik yang sangat pesat maupun tidak terkontrol yang sangat berdampak pada menyempitnya areal resapan, dimana pada sat musim hujan limpasan air permukaan lansung menuju saluran drainse. Berkurangnya daerah resapan menyebabkan kapasitas saluran drainase saat ini menjadi sangat terbatas sehingga fungsi salauran kurang optimal.

1.2    Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini, sesuai yang telah dijabarkan diatas yaitu :
1.2.1   Bagaimana sistem drainase Tukad Mati ?
1.2.2   Apa saja yang menjadi permasalahan drainase Tukad Mati ?
1.2.3   Bagaimana analisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari Penyusunan karya tulis ini yaitu :
1.3.1        Untuk mengetahui sistem drainase Tukad Mati.
1.3.2        Untuk mengetahui permasalahan drainase Tukad Mati.
1.3.3        Untuk menganalisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran.

1.4  Kegunaan
Diharapkan dengan membuat karya tulis ini Penyusun sebagai mahasiswa Teknik Sipil, diharapkan mampu dan dapat menganalisis suatu saluran.

1.5  Landasan Teori
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penyusun memperoleh data dengan mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, data – data dari inststansi terkait, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Penulis juga mencari bahan dan sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu Internet.

1.6  Sistematika Laporan
Pada karya tulis  ini, akan dijelaskan hasil pengamatan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, landasan teori, sampai terahir kepada sistematika laporan
Bab berikutnya membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang Pengamatan dan Analisis Saluran Tukad Mati. Meliputi sistem drainase Tukad Mati, permasalahan drainase Tukad Mati, dan terakhir analisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam karya tulis ini. Pada bagian ini, Penyusun menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian drainase pada hakekatnya merupakan suatu sistem saluran, baik itu terbuka maupun tertutup, yang sedemikian rupa dapat mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang jatuh ke bumi, untuk selanjutnya menuju ke badan air penerima seperti sungai, waduk, laut, dalam waktu sesingkat mungkin. Dari pengertian ini, bahwa saluran drainase hanya untuk menampung dan kemudian mengalirkan air hujan saja. Namun kenyataannya sering terjadi masyarakat  membuang limbah rumah tangga (air mandi dan cuci) ke saluran drainase. Hal ini dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, pemandangan tak sedap yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Untuk daerah kota yang memiliki pemukiman yang padat batasan pelayanan sistem drainase harus jelas yakni menampung dan menglirkan air hujan, sedangkan penyaluran air limbah yang tersendiri.
Ø  Suatu sistem drainase perkotaan meliputi:
·         Sistem drainase local (monor drainage system)
·         Sistem drainase utama/makro (major drainage system)
Sistem drainase local/ mikro merupakan sistem drainase yang melayani kepentingan sebagian masyarakat. Sistem ini adalah bagian dari seluruh sistem drainase yang menampung air hujan dari bagian daerah aliran dan mengalirkan ke sistem drainase utama. Karakteristik dari sistem ini untuk menampung atau mengeringkan unit-unit kecil adalah daerah aliran yang meluputi: daerah perumahan, perdagangan, daerah industri atau setiap daerah kecil yang mempunyai karakter perkotaan.
Sistem drainase utama/makro adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian masyarakat, dan sistem ini menampung limpasan air hujan dari sistem drainase lokal, untuk selanjutnya dialirkan ke sungai.

2.1.1   Saluran Drainase
2.1.1.1  Saluran Pembuangan Utama
Saluran yang berfungsi sebagai pembuangan utama/primer adalah sungai/tukad yang ada di wilayah perencanaan yang cukup berpotensi untuk menampung dan mengalirkan air buangan dari saluran sekunder serta limpasan permukaan yang ada pada daerah tangkapan sungai tersebut. Sungai-sungai yang berfungsi sebagai pembuangan utama yang ada di wilayah studi perlu untuk diketahui jumlahnya dan dari masing-masing sungai utama akan terbentuk sistem drainase dan pola aliran tertentu, dengan batas-batas yang jelas sesuai dengan tpografi. Dalam satu sistem akan terdapat beberapa subsitem (saluran sekunder).
Pembagian sistem dalam wilayah studi sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah antara lain:
a.     Topografi
Kondisi topografi sangat penting dalam penentuan pembagian sistem drainase dan dari peta topografi dapat ditentukan dengan jelas batas daerah pelayanan pada masing-masing sistem drainase.
b.    Pola Aliran
Pola aliran sistem drainase secara alamiah mengikuti kemeringan topografi.
c.     Kondisi Drainase Eksisting
Kondisi saluran pembuangan utama eksisting sangat diperlukan dalam perancangan untuk mengetahui apakah cukup mampu mengalirkan debit banjir rencana.
Ø  Kondisi saluran drainase eksisting yang dimaksud, antara lain:
·           Ukuran/dimensi penampang sungai utama.
·           Perkembangan daerah pemukiman di sekitar daerah aliran sungai.
·           Dasar sungai apakah terjadi pendangkalan, erosi, atau ,asih alami.
2.1.1.2  Saluran Pembuangan Sekunder
Fungsi dari saluran sekunder adalah untuk menampung air drainase tersier serta limpasan air permukaan yang ada untuk diteruskan ke drainase utama sungai sungai. Berdasarkan konstruksi saluran drainase dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu; saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka dibuat pada daerah dimana masih cukup tersedia lahan serta bukan merupakan daerah yang sibuk (pertokoan, pasar, dan sebagainya). Sedangkan saluran tertutup dapat dipertimbangkan pemaikaiannya di tempat-tempat yang produksi sampahnya melebihi rata-rata seperti; pasar, terminal, pertokoan, dan pad daerah yang lalulintasnya padat.
Kondisi saluran sekunder eksisting yang perlu diperhatikan adalah:
·           Dimensi penampang saluran, apakah cukup mampu mengalirkan debit banjir.
·           Kemiringan saluran, apakah bisa mengalirkan air dengan lancar.
·           Fungsi saluran.
Saluran sekunder eksisting hanya berfungsi sebagai pembuangan air hujan atau mempunyai fungsi yang lain. Salauran yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran pembuang air hujan dan saluran pembawa irigasi. Kedua fungsi tersebut secara teknis bertentangan, dimana dimensi saluran irigasi adalah mengecil ke arah hilir dan saluran drainase membesar ke arah hilir. Saluran yang berfungsi ganda mempunyai potensi banjir, hal ini disebabkan karena saluran irigasi letaknya selalu di punggung dan sistem pengaturan air menggunakan empangan-empangan, sehingga pada saat hujan, air meluap menggenangi jalan.
·           Dasar saluran apakah terjadi pendangkalan, erosi, atau stabil.
2.1.1.3  Saluran Pembuangan Tersier
Fungsi saluran tersier adalah untuk meneruskan pengaliran air buangan maupun air limpasan menuju ke pembuangan sekunder. Data mengenai kondisi saluran tersier tidak begitu banyak diperlukan dalam perencanaan sistem pembuangan air hujan. Banjir yang terjadi pada saluran tersier bersifat setempat, sedangkan banjir pada saluran sekunder dan saluran pembuangan utama akan membawa dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat baik yang menyangkut sosial, ekonomi, maupun kesehatan.
2.1.2   Rencana Pola aliran
Berdasarkan hasil survey lapangan dan pengukuran topografi di wilayah perencanaan bahwa sepanjang JL. Gatot Subroto terdapat beberapa saluran pembawa irigasi berasal dari intake Peraupan dan intake Oongan. Saluran irigasi eksisting aliran semua mengarah ke daerah perkotaan dan sampai saat ini belum terdapat sistem pengendalian banjir berupa pintu-pintu maupun sodetan. Debit aliran irigasi yang menuju daerah perkotaan pada saat hujan cukup menggangu dan kondisi saluran irigasi eksisting sudah banyak berubah terutama kapasitas aliran pada saluran.
Ada beberapa permasalahan tentang keberadaan saluran irigasi saat ini adalah sebagai berikut:
·         Berkurangnya lahan pertanian di daerah perkotaan dan daerah yang dilayani dengan luas lahan yang sangat kecil (kurang dari 2 are) dengan kepemilikan yang sedikit.
·         Terjadi penyempitan saluran irigasi sehingga akan berdampak terhadap lingkungan sekitar terutama teradinya luapan air dan genangan air.
Belum dilengkapi sistem pengedali banjir seperti; pintu-pintu, sodetan dan normalisasi.

2.2    KONDISI GEOGRAFIS TUKAD MATI
Tukad Mati adalah sungai yang membentang di sisi Barat bagian selatan pulau Bali yang sistem daerah aliran sungainya (DAS) menempati dua wilayah kabupaten yaitu wilayah kabupaten Badung dibagian hulu dan hilir, sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Tata guna lahan daerah tangkapan sungai ini secara keseluruhan berupa lahan budiday, permukiman dan perkotaan. Secara umum topografi DAS Tukad Mati mulai dari daerah agak terjal dibagian utara dan bermuara ke laut Selatan, dimana pada bagian hilirnya dipengaruhi pasang air laut.
Penampang Tukad Mati dari hulu sampai hilir mempunyai lebar serta kedalaman yang bervariasi. Bagian tengah Tukad Mati mulai dari hulu sampai jalan Gunung Agung mempunyai profil penampang yang cukup lebar serta dalam. Sedangkan dari jalan Gunung Agung ke arah hilir mempunyai penampang yang sempit serta dangkal dan alur sungai yang berkelok – kelok.

2.3    SISTEM DRAINASE TUKAD MATI
Tukad Mati merupakan saluran pembuang utama bagi daerah yang masuk DAS Tukad Mati yang meliputi wilayah kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Barat, Denpasar Selatan di kota Denpasar serta wilayah kecamatan Kuta kabupaten Badung. Saluran pembung utama Tukad Mati merupakan gabungan antara beberapa sungai alamiahseperti Tukad Mati, Tukad Teba, Tukad Pangkung Muding serta Tukad Pangkung Kedampang serta beberapa saluran pembuang irigasi pada bagian hulunya.
Pada sistem Tukad Mati terdapat beberapa bendung seperti bendung Lange, bendung Tegeh, bendung Umadui, bendung Dadas dan bendung Tanjung. Dari bendung tersebut bendung Lange dan bendung Umadui merupakan bendung gerak, sementara yang lainnya merupakan bendung tetap.
Secara umum terminologi sistem drainase yang ada di Tukad Mati dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Tukad Mati Hulu, Tukad Mati Bawah, dan Tukad Mati Hilir.
a.    Sistem Tukad Mati Hulu
Sistem Tukad Mati Hulu meliputi saluran pembuangan yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan daerah irigasi diatasnya seperti pembuangan dari daerah irigasi Penarungan, daerah irigasi Kapal, dan daerah irigasi Mambal. Sebagian dari air buangan ini akan memberi beban bagi sistem drainas Tukad Mati secara keseluruhan.
b.    Sistem Tukad Mati Bawah
Sistem Tukad Mati Bawah merupakan sistem Tukad Mati secara alamiah dengan anak – anak sungainya.
c.    Muara Tukad Mati
Pengairan dibagian muara Tukad Mati sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Aliran balik (back water) akibat muka air laut pasang sangat mempengaruhi sistem pengaliran sistem drainase pada skala mikro terutama bagi aliran Tukad Mati.


2.4    PERMASALAHAN DRAINASE KAWASAN TUKAD MATI

Tukad Mati sebagai salah satu drainase utama di wilayah kota Denpasar serta sebagian wilayah kabupaten Badung memiliki beberapa permasalahan terkait dengan adanya genangan dan banjir yang sering menimpa kawasan ini. Beberapa permasalahan yang dapat disampaikan terkait dengan permasalahan drainase di wilayah ini melalui studi literatur dan observasi langsung ke lapangan dapat disampaikan sebagai berikut :
a.       Adanya perubahan alih fungsi lahan yang cukup signifikandikawasan hulu dan tengah serta beberapa bagian pada hilir telah memberi andil besar untuk meningkatkan terjadinya limpasan permukaan. Peningkatan limpasan air yang ada tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas drainase yang memadai. Kondisi ini dapat dilihat dari berkembangya pemukiman di Denpasar Utara, kawasan Puspem Badung serta adanya pengembangan lahan melalui Land Consolidation (LC) di Legian, Seminyak dan Kuta.
b.      Sistem pengembangan permukiman dengan sistem Land Consolidation (LC) dari tanah persawahan telah menimbulkan perubahan arah pemakaian sakuran dari saluran irigasi menjadi saluran drainase. Kondisi ini dapat dilihat pada beberapa perumahan seperti Perumnas Monang – maning dan beberapa perumahan di Padang Sambian, sekitar jl. Pura Demak, dll.
c.       Topologi dari suatu kawasan yang datar sehingga menyulitkan pembuangan airnya menuju saluran pembuangan. Ini dapat dijumpai pada kawasan permukiman dan bisnis disekitar jalan – jalan Pura Demak, kawasan permukiman dan bisnis disekitar jalan Dewi Sri, sekitar jalan Nakula di kawasan Legian dan daerah lainnya.
d.      Adanya penyempitan alur sungai terutama pada bagian tengah dan hilir sehingga kerap menimbulkan terjadinya banjir. Kondisi ini dapat dilihat pada saluran sepanjang jalan Imam Bonjol untuk Tukad Teba, alur tukad mati terutama disebelah hulu bendung Ulun Tanjung, Alur sungai menyempit juga terdapat pada Tukad Pangkung Muding.
e.       Adanya bangunan yang melintang sungai yang mempengaruhi sistem pengaliran ke arah hilir. Kondisi ini dapat dilihat pada bendung tetap Mergaya di jalan Imam Bonjol, bangunan – bangunan bekas irigasi lainya sepanjang Tukad Teba, Jembatan di jalan Gunung Soputan, bendung Ulun Tanjung dan bangunan lainnya.
f.       Tingkat sedimentasi yang tinggi pada alur sungai yang berpengaruh untuk mengurangi kapasistas sungai. Kondisi ini dapat dilihat pada hampir semua ruas sungai, terutama sekali pada Tukad Mati di ruas bendung Umadui sampai muara.
g.      Pembuangan sampah ke badan sungai / saluran. Salah satu yang mempercepat sedimentasi adalah pembuangan sampah ke badan sungai. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga fungsi dari saluran drainase dan sungai yang ada. Keberadaan sampah yang masuk badan saluran atau sungai hampir terjadi pada semua saluran yang ada.






2.1    ANALISI DEBIT SALURAN YANG ADA DENGAN DEBIT SALURAN YANG AKAN DITERIMA
TABEL 1. KEMIRINGAN SALURAN DRAINASE TUKAD MATI
(sumber : Dinas PU Denpasar)

TABEL 2. PERHITUNGAN DEBIT BAJIR RENCANA DENGAN METODE RATIONAL
(sumber : Dinas PU denpasar)



TABEL 3. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
(sumber : Dinas PU Denpasar)


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasli survey lapangan dan analisis yang dilakukan, ada beberapa hal tang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Kawasan Daerah aliran sungai Tukad Mati akan terjadi peningkatan limpasan permukaan yang disebabkan oleh perkembangan pembangunan yang ada dikawasan tersebut. Kawasan perencanaan merupakan daerah perkotaan dan pariwisata yang sangat berkembang. Pembangunan permukiman sangat pesat terjadi dikawasan DAS ini baik dibagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Pembangunan ini dapat dilihat dari berkembangnya permukiman dengan system Land Consolidation (LC) dihampir semua bagian DAS Tukad Mati.
2.      Normalisasi alur sungai dilakukan sebagai salah satu langkah untuk memperjelas alur dan memperbesar kapasitas alur sungai yang ada.
3.      Dengan kapasitas alur yang dimiliki oleh Tukad Mati saat ini maka kapasitas yang dapat dilewatkan oleh Tukad Mati maksimal dengan debit banjir Q25 ­atau banjir dengan skala ulang 25 tahun sekali.
4.      Tukad Mati belum mempunyai system pengendalian banjir yang terintegrasi dari hulu sampai hilir serta dengan anak – anak sungai yang mengalir menuju tukad mati. Kondisi ini disebabkan oleh cukup kompleknya masalah drainase makro dan mikroyang ada.
5.      Bangunan pelengkap yang melintang sungai (jembatan, box culvert, bending tetap) pada beberapa lokasi memberikan kontribusi penurunan jumlah debit yang bias dialirkan ke hilir sehingga menjadi salah satu titik penyebab banjir.
6.      Perkembangan permukiman pada beberapa lokasi yang sebelumnya merupakan daerah pertanian menimbulkan beberapa hal yang bias mengurangi kapasitas alur seperti : penyempitan alur, pembelokan alur serta adanya aliran yang tidak mempunyai alur jelas.
3.2 Saran
Saran atau rekomendasi yang bisa disarankan untuk mengurangi genangan atau banjir yang terjadi di daerah aliran Sungai Tukad Mati serta adalah sebagai berikut:
1.      Penataan bangunan yang melintang sungai yang berpotensi menimbulkan potensi banjir dan genangan baik saat ini maupun masa yang akan datang.
2.      Perlu adanya pemeliharaan saluran drainase secara berkala dan berkesinambungan yang dilakukan oleh pemerintah serta dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Dalam pemeliharaan saluran drainase didalamnya terkait pula dengan penambahan sarana drainase seperti alat angkut dan alat berat yang diperlukan dalam penanganan masalah drainase.
3.      Dengan semakin intensifnya pemabangunan baik pemukiman, bisnis dan perkantoran di wilayah DAS Tukad Mati maka penerapan sumur resapan sangat mendesak untuk bisa diterapkan dalam setiap pembangunan. Hal ini bisa ditempuh dengan menyertakan item pembangunan sumur resapan di setiap pengurusan untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).


Lampiran
Foto – foto





Gambar 1-4. Saluran Tukad Mati