Mutu
dan Jenis Kayu Untuk Konstruksi
Mutu kayu dibagi menjadi 2 jenis mutu
yakni mutu A dan mutu B.
Mutu
A
1.
Kadar lengas kering udara
12-18%, rata-rata 15%
2.
Mata kayu :
d1
≤ 1/6h ; d2 ≤ 1/6b
d1
≤ 3,5 cm ; d2 ≤ 3,5 cm
3.
Wanvlak
e1
≤ 1/10b ; e2 ≤ 1/10h
b2
tinggi balok
h2
tinggi balok
4.
Miring arah serat
tg
α ≤ 1/10
5.
Retak-retak
Hr
≤ 1/4b ; ht ≤ 1/5b
Mutu
B
1.
Kadar lengas kering ≤ 30%
2.
Mata kayu :
d1
≤ 1/4h ; d2 ≤ 1/4b
d1
≤ 5cm ; d2 ≤ 5cm
3. Wanvlak
e1 ≤ 1/10b ; e2 ≤
1/10h
4. Miring
arah serat
tg
α ≤ 1/7
5. Retak-retak
Hr ≤ 1/3b ; ht ≤ 1/4b
Beberapa jenis kayu yang sering digunakan
sebagai bahan konstruksi.
1. Kayu
Jati
Kayu jati sering dianggap
sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang
stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai
material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat
I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya
karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang
memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis
pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi
sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan
berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil
pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda
sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum
Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2
daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak
dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi,
seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan
kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi
finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing
pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu
tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
2. Kayu
Merbau
Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup
keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga
terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang
disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus
putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas
Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga.
Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning.
Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau
memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan
hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian /
Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
3. Kayu Bangkirai/Yellow Balau
Kayu Bangkirai
termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet
I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan
yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada
kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin
hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara
struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri.
Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat
seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca
sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan /
eksterior seperti lis plank, outdoor flooring /
decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau
Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah
disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas,
dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian
kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan
4. Kayu Kamper
Kayu kamper telah lama
menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun
tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu
yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil
dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui.
Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar,
sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar
dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon
kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah
daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan
daerah lain di Kalimantan.
5. Kayu Kelapa
Kayu
kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas)
sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya
pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat
/fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur
serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah
fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/
cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang
paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon
kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
6. Kayu Meranti Merah
Kayu meranti merah
termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat,
namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu
meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk
dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat
II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan.
7. Kayu Karet
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional
disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian
pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak
berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan
negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
Kayu
karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau
dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Kayu
karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara
435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%. Kayu Karet termasuk kelas kuat
II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi
alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi.
8. Kayu Gelam
Kayu
gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu, Kayu bakar, pagar, atau
tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan
dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar
biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan
jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan
penyerap.
9. Kayu Ulin
Kayu ini banyak digunakan
untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan
catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang
tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis
ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian,
tabulin dan telian. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat
mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai
ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
10. Kayu Akasia
Kayu Akasia (acacia
mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya
cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti
mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I,
yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat
desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya
retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat
lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak
diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
No comments:
Post a Comment