PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bali merupakan Kota Wisata, dimana
sektor pariwisata merupakan unggulan daerah bali. Untuk mempertahankan dan
lebih banyak menarik kunjngan wisatawan maka pemerintah memberika perhatian
yang serius terhadap faktor-faktor yang akan mempengaruhi kunjungan wisata.
Salah satu diantaranya adalah menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kota Denpasar dengan berbagai
fungsinya (kota pendidikan, perdagangan, pariwisata, ibu kota provinsi Bali,
dan sebagai kota Denpasar) tidak terlepas dari hal tersebut. Penduduk kota
terdiri-dari berbagai lapisan, etnis, dan golongan ekonomi mencerminkan
keragaman dan fungsi kotanya. Keragaman penduduk mecerminkan pula mencerminkan kondisi
permukimannya yang terdapat di kota Denpasar. Fasilitas berupa prasarana
lingkungan yang dimiliki masing-masing lingkungan sangat berbeda yang tentu
menimbulkan berbagai permasalahan lingungan yang dapat menurunkan derajat
kesehatan masyarakat di daerah perkotaan.
Perkembangan pertumbuhan penduduk
yang sangat pesat serta meningkatnya aktivitas perekonomian berdampak pada
permasalahan munculnya penurunan kualitas lingkungan. Penanganan sampah yang
tidak ditangani dengan baik terutama di daerah permukiman padat akan menjadi
kendala utama dalam kebersihan lingkungan dan berpotensi terhadap adanya
penyumbatan saluran sehingga salauran drainase tidak berfungsi. Penanganan
sampah yang belum optimal merupakan salah satu penyebab terjdinya penurunan
kapasitas penampung saluran sehingga terjadi luapan air maupun genangan.
Pada belakangan ini di kota Denpasar,
permasalahan yang mengemuka pada setiap musim hujan adalah masalah banjir dan
genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran
lalu lintas dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan linkungan.
Terjadinya banjir dan genangan disebabkan oleh fungsi pembuangan iar (drainase)
kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi perencanaan teknik
maupun pelaksaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnya sehingga terjadinya
penyumbatan saluran drainase oleh sampah industri maupun sampah rumah tangga.
Berbagai permasalahan tersebut di
atas muncul sebagai akibat dari perkembangan pembangunan fisik yang sangat
pesat maupun tidak terkontrol yang sangat berdampak pada menyempitnya areal
resapan, dimana pada sat musim hujan limpasan air permukaan lansung menuju
saluran drainse. Berkurangnya daerah resapan menyebabkan kapasitas saluran
drainase saat ini menjadi sangat terbatas sehingga fungsi salauran kurang
optimal.
1.2
Rumusan
masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini, sesuai yang telah dijabarkan
diatas yaitu :
1.2.1 Bagaimana
sistem drainase Tukad Mati ?
1.2.2 Apa
saja yang menjadi permasalahan drainase Tukad Mati ?
1.2.3 Bagaimana
analisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran ?
1.3
Tujuan
Tujuan dari Penyusunan karya tulis ini
yaitu :
1.3.1
Untuk mengetahui sistem
drainase Tukad Mati.
1.3.2
Untuk mengetahui
permasalahan drainase Tukad Mati.
1.3.3
Untuk menganalisis debit
saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran.
1.4
Kegunaan
Diharapkan dengan membuat karya tulis ini
Penyusun sebagai mahasiswa Teknik Sipil, diharapkan mampu dan dapat
menganalisis suatu saluran.
1.5
Landasan
Teori
Untuk
mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penyusun memperoleh data
dengan mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, data –
data dari inststansi terkait, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Penulis
juga mencari bahan dan sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan
internasional yaitu Internet.
1.6
Sistematika
Laporan
Pada karya tulis
ini, akan dijelaskan hasil pengamatan dimulai dengan bab pendahuluan.
Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
landasan teori, sampai terahir kepada sistematika laporan
Bab berikutnya membahas secara keseluruhan
tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang Pengamatan dan Analisis Saluran Tukad
Mati. Meliputi sistem drainase Tukad Mati, permasalahan drainase Tukad Mati,
dan terakhir analisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima
saluran. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam karya tulis ini. Pada bagian
ini, Penyusun menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan
memberi saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
drainase pada hakekatnya merupakan suatu sistem saluran, baik itu terbuka
maupun tertutup, yang sedemikian rupa dapat mengumpulkan dan mengalirkan air
hujan yang jatuh ke bumi, untuk selanjutnya menuju ke badan air penerima
seperti sungai, waduk, laut, dalam waktu sesingkat mungkin. Dari pengertian
ini, bahwa saluran drainase hanya untuk menampung dan kemudian mengalirkan air
hujan saja. Namun kenyataannya sering terjadi masyarakat membuang limbah rumah tangga (air mandi dan
cuci) ke saluran drainase. Hal ini dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan,
pemandangan tak sedap yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Untuk daerah kota
yang memiliki pemukiman yang padat batasan pelayanan sistem drainase harus
jelas yakni menampung dan menglirkan air hujan, sedangkan penyaluran air limbah
yang tersendiri.
Ø Suatu
sistem drainase perkotaan meliputi:
·
Sistem drainase local
(monor drainage system)
·
Sistem drainase
utama/makro (major drainage system)
Sistem drainase local/ mikro merupakan
sistem drainase yang melayani kepentingan sebagian masyarakat. Sistem ini
adalah bagian dari seluruh sistem drainase yang menampung air hujan dari bagian
daerah aliran dan mengalirkan ke sistem drainase utama. Karakteristik dari
sistem ini untuk menampung atau mengeringkan unit-unit kecil adalah daerah
aliran yang meluputi: daerah perumahan, perdagangan, daerah industri atau
setiap daerah kecil yang mempunyai karakter perkotaan.
Sistem
drainase utama/makro adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian masyarakat, dan sistem ini menampung limpasan air hujan dari sistem
drainase lokal, untuk selanjutnya dialirkan ke sungai.
2.1.1
Saluran
Drainase
2.1.1.1 Saluran
Pembuangan Utama
Saluran yang berfungsi sebagai pembuangan
utama/primer adalah sungai/tukad yang ada di wilayah perencanaan yang cukup
berpotensi untuk menampung dan mengalirkan air buangan dari saluran sekunder
serta limpasan permukaan yang ada pada daerah tangkapan sungai tersebut.
Sungai-sungai yang berfungsi sebagai pembuangan utama yang ada di wilayah studi
perlu untuk diketahui jumlahnya dan dari masing-masing sungai utama akan
terbentuk sistem drainase dan pola aliran tertentu, dengan batas-batas yang
jelas sesuai dengan tpografi. Dalam satu sistem akan terdapat beberapa subsitem
(saluran sekunder).
Pembagian sistem dalam wilayah studi
sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah antara lain:
a. Topografi
Kondisi topografi sangat penting dalam
penentuan pembagian sistem drainase dan dari peta topografi dapat ditentukan
dengan jelas batas daerah pelayanan pada masing-masing sistem drainase.
b. Pola
Aliran
Pola aliran sistem drainase secara alamiah
mengikuti kemeringan topografi.
c. Kondisi
Drainase Eksisting
Kondisi saluran pembuangan utama eksisting
sangat diperlukan dalam perancangan untuk mengetahui apakah cukup mampu
mengalirkan debit banjir rencana.
Ø Kondisi
saluran drainase eksisting yang dimaksud, antara lain:
·
Ukuran/dimensi penampang
sungai utama.
·
Perkembangan daerah
pemukiman di sekitar daerah aliran sungai.
·
Dasar sungai apakah
terjadi pendangkalan, erosi, atau ,asih alami.
2.1.1.2 Saluran
Pembuangan Sekunder
Fungsi dari saluran sekunder adalah untuk
menampung air drainase tersier serta limpasan air permukaan yang ada untuk
diteruskan ke drainase utama sungai sungai. Berdasarkan konstruksi saluran
drainase dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu; saluran terbuka dan saluran
tertutup. Saluran terbuka dibuat pada daerah dimana masih cukup tersedia lahan
serta bukan merupakan daerah yang sibuk (pertokoan, pasar, dan sebagainya).
Sedangkan saluran tertutup dapat dipertimbangkan pemaikaiannya di tempat-tempat
yang produksi sampahnya melebihi rata-rata seperti; pasar, terminal, pertokoan,
dan pad daerah yang lalulintasnya padat.
Kondisi saluran sekunder eksisting
yang perlu diperhatikan adalah:
·
Dimensi penampang
saluran, apakah cukup mampu mengalirkan debit banjir.
·
Kemiringan saluran,
apakah bisa mengalirkan air dengan lancar.
·
Fungsi saluran.
Saluran sekunder eksisting hanya berfungsi
sebagai pembuangan air hujan atau mempunyai fungsi yang lain. Salauran yang
berfungsi ganda yaitu sebagai saluran pembuang air hujan dan saluran pembawa
irigasi. Kedua fungsi tersebut secara teknis bertentangan, dimana dimensi
saluran irigasi adalah mengecil ke arah hilir dan saluran drainase membesar ke
arah hilir. Saluran yang berfungsi ganda mempunyai potensi banjir, hal ini
disebabkan karena saluran irigasi letaknya selalu di punggung dan sistem
pengaturan air menggunakan empangan-empangan, sehingga pada saat hujan, air
meluap menggenangi jalan.
·
Dasar saluran apakah
terjadi pendangkalan, erosi, atau stabil.
2.1.1.3 Saluran
Pembuangan Tersier
Fungsi saluran tersier adalah untuk
meneruskan pengaliran air buangan maupun air limpasan menuju ke pembuangan
sekunder. Data mengenai kondisi saluran tersier tidak begitu banyak diperlukan
dalam perencanaan sistem pembuangan air hujan. Banjir yang terjadi pada saluran
tersier bersifat setempat, sedangkan banjir pada saluran sekunder dan saluran
pembuangan utama akan membawa dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat baik
yang menyangkut sosial, ekonomi, maupun kesehatan.
2.1.2
Rencana
Pola aliran
Berdasarkan
hasil survey lapangan dan pengukuran topografi di wilayah perencanaan bahwa
sepanjang JL. Gatot Subroto terdapat beberapa saluran pembawa irigasi berasal
dari intake Peraupan dan intake Oongan. Saluran irigasi eksisting aliran semua
mengarah ke daerah perkotaan dan sampai saat ini belum terdapat sistem pengendalian
banjir berupa pintu-pintu maupun sodetan. Debit aliran irigasi yang menuju
daerah perkotaan pada saat hujan cukup menggangu dan kondisi saluran irigasi
eksisting sudah banyak berubah terutama kapasitas aliran pada saluran.
Ada beberapa permasalahan tentang
keberadaan saluran irigasi saat ini adalah sebagai berikut:
·
Berkurangnya lahan
pertanian di daerah perkotaan dan daerah yang dilayani dengan luas lahan yang
sangat kecil (kurang dari 2 are) dengan kepemilikan yang sedikit.
·
Terjadi penyempitan
saluran irigasi sehingga akan berdampak terhadap lingkungan sekitar terutama
teradinya luapan air dan genangan air.
Belum
dilengkapi sistem pengedali banjir seperti; pintu-pintu, sodetan dan
normalisasi.
2.2
KONDISI
GEOGRAFIS TUKAD MATI
Tukad Mati adalah sungai yang membentang
di sisi Barat bagian selatan pulau Bali yang sistem daerah aliran sungainya
(DAS) menempati dua wilayah kabupaten yaitu wilayah kabupaten Badung dibagian
hulu dan hilir, sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Tata guna lahan
daerah tangkapan sungai ini secara keseluruhan berupa lahan budiday, permukiman
dan perkotaan. Secara umum topografi DAS Tukad Mati mulai dari daerah agak
terjal dibagian utara dan bermuara ke laut Selatan, dimana pada bagian hilirnya
dipengaruhi pasang air laut.
Penampang Tukad Mati dari hulu sampai
hilir mempunyai lebar serta kedalaman yang bervariasi. Bagian tengah Tukad Mati
mulai dari hulu sampai jalan Gunung Agung mempunyai profil penampang yang cukup
lebar serta dalam. Sedangkan dari jalan Gunung Agung ke arah hilir mempunyai
penampang yang sempit serta dangkal dan alur sungai yang berkelok – kelok.
2.3
SISTEM
DRAINASE TUKAD MATI
Tukad Mati merupakan saluran pembuang
utama bagi daerah yang masuk DAS Tukad Mati yang meliputi wilayah kecamatan
Denpasar Utara, Denpasar Barat, Denpasar Selatan di kota Denpasar serta wilayah
kecamatan Kuta kabupaten Badung. Saluran pembung utama Tukad Mati merupakan
gabungan antara beberapa sungai alamiahseperti Tukad Mati, Tukad Teba, Tukad
Pangkung Muding serta Tukad Pangkung Kedampang serta beberapa saluran pembuang
irigasi pada bagian hulunya.
Pada sistem Tukad Mati terdapat beberapa
bendung seperti bendung Lange, bendung Tegeh, bendung Umadui, bendung Dadas dan
bendung Tanjung. Dari bendung tersebut bendung Lange dan bendung Umadui
merupakan bendung gerak, sementara yang lainnya merupakan bendung tetap.
Secara umum terminologi sistem drainase
yang ada di Tukad Mati dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Tukad Mati Hulu,
Tukad Mati Bawah, dan Tukad Mati Hilir.
a. Sistem
Tukad Mati Hulu
Sistem Tukad Mati Hulu meliputi saluran
pembuangan yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan daerah irigasi diatasnya
seperti pembuangan dari daerah irigasi Penarungan, daerah irigasi Kapal, dan
daerah irigasi Mambal. Sebagian dari air buangan ini akan memberi beban bagi
sistem drainas Tukad Mati secara keseluruhan.
b. Sistem
Tukad Mati Bawah
Sistem Tukad Mati Bawah merupakan sistem
Tukad Mati secara alamiah dengan anak – anak sungainya.
c. Muara
Tukad Mati
Pengairan dibagian muara Tukad Mati sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Aliran balik (back water) akibat muka air laut pasang sangat mempengaruhi sistem
pengaliran sistem drainase pada skala mikro terutama bagi aliran Tukad Mati.
2.4
PERMASALAHAN
DRAINASE KAWASAN TUKAD MATI
Tukad
Mati sebagai salah satu drainase utama di wilayah kota Denpasar serta sebagian
wilayah kabupaten Badung memiliki beberapa permasalahan terkait dengan adanya
genangan dan banjir yang sering menimpa kawasan ini. Beberapa permasalahan yang
dapat disampaikan terkait dengan permasalahan drainase di wilayah ini melalui
studi literatur dan observasi langsung ke lapangan dapat disampaikan sebagai
berikut :
a. Adanya
perubahan alih fungsi lahan yang cukup signifikandikawasan hulu dan tengah
serta beberapa bagian pada hilir telah memberi andil besar untuk meningkatkan
terjadinya limpasan permukaan. Peningkatan limpasan air yang ada tidak
diimbangi dengan peningkatan kapasitas drainase yang memadai. Kondisi ini dapat
dilihat dari berkembangya pemukiman di Denpasar Utara, kawasan Puspem Badung
serta adanya pengembangan lahan melalui Land
Consolidation (LC) di Legian, Seminyak dan Kuta.
b. Sistem
pengembangan permukiman dengan sistem Land
Consolidation (LC) dari tanah persawahan telah menimbulkan perubahan arah
pemakaian sakuran dari saluran irigasi menjadi saluran drainase. Kondisi ini
dapat dilihat pada beberapa perumahan seperti Perumnas Monang – maning dan
beberapa perumahan di Padang Sambian, sekitar jl. Pura Demak, dll.
c. Topologi
dari suatu kawasan yang datar sehingga menyulitkan pembuangan airnya menuju
saluran pembuangan. Ini dapat dijumpai pada kawasan permukiman dan bisnis
disekitar jalan – jalan Pura Demak, kawasan permukiman dan bisnis disekitar
jalan Dewi Sri, sekitar jalan Nakula di kawasan Legian dan daerah lainnya.
d. Adanya
penyempitan alur sungai terutama pada bagian tengah dan hilir sehingga kerap
menimbulkan terjadinya banjir. Kondisi ini dapat dilihat pada saluran sepanjang
jalan Imam Bonjol untuk Tukad Teba, alur tukad mati terutama disebelah hulu
bendung Ulun Tanjung, Alur sungai menyempit juga terdapat pada Tukad Pangkung
Muding.
e. Adanya
bangunan yang melintang sungai yang mempengaruhi sistem pengaliran ke arah
hilir. Kondisi ini dapat dilihat pada bendung tetap Mergaya di jalan Imam
Bonjol, bangunan – bangunan bekas irigasi lainya sepanjang Tukad Teba, Jembatan
di jalan Gunung Soputan, bendung Ulun Tanjung dan bangunan lainnya.
f. Tingkat
sedimentasi yang tinggi pada alur sungai yang berpengaruh untuk mengurangi
kapasistas sungai. Kondisi ini dapat dilihat pada hampir semua ruas sungai,
terutama sekali pada Tukad Mati di ruas bendung Umadui sampai muara.
g. Pembuangan
sampah ke badan sungai / saluran. Salah satu yang mempercepat sedimentasi
adalah pembuangan sampah ke badan sungai. Kondisi ini terjadi sebagai akibat
dari rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga fungsi dari saluran
drainase dan sungai yang ada. Keberadaan sampah yang masuk badan saluran atau
sungai hampir terjadi pada semua saluran yang ada.
2.1
ANALISI
DEBIT SALURAN YANG ADA DENGAN DEBIT SALURAN YANG AKAN DITERIMA
TABEL 1. KEMIRINGAN SALURAN DRAINASE TUKAD MATI
(sumber : Dinas PU Denpasar)
TABEL 2. PERHITUNGAN DEBIT
BAJIR RENCANA DENGAN
METODE RATIONAL
(sumber
: Dinas PU denpasar)
TABEL 3. PERHITUNGAN DIMENSI
SALURAN
(sumber
: Dinas PU Denpasar)
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan
Berdasarkan hasli survey lapangan dan
analisis yang dilakukan, ada beberapa hal tang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Kawasan Daerah
aliran sungai Tukad Mati akan terjadi peningkatan limpasan permukaan yang
disebabkan oleh perkembangan pembangunan yang ada dikawasan tersebut. Kawasan
perencanaan merupakan daerah perkotaan dan pariwisata yang sangat berkembang.
Pembangunan permukiman sangat pesat terjadi dikawasan DAS ini baik dibagian
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Pembangunan ini dapat dilihat dari
berkembangnya permukiman dengan system Land
Consolidation (LC) dihampir semua bagian DAS Tukad Mati.
2.
Normalisasi alur
sungai dilakukan sebagai salah satu langkah untuk memperjelas alur dan
memperbesar kapasitas alur sungai yang ada.
3.
Dengan kapasitas
alur yang dimiliki oleh Tukad Mati saat ini maka kapasitas yang dapat
dilewatkan oleh Tukad Mati maksimal dengan debit banjir Q25 atau banjir
dengan skala ulang 25 tahun sekali.
4.
Tukad Mati belum
mempunyai system pengendalian banjir yang terintegrasi dari hulu sampai hilir
serta dengan anak – anak sungai yang mengalir menuju tukad mati. Kondisi ini
disebabkan oleh cukup kompleknya masalah drainase makro dan mikroyang ada.
5.
Bangunan pelengkap
yang melintang sungai (jembatan, box culvert, bending tetap) pada beberapa
lokasi memberikan kontribusi penurunan jumlah debit yang bias dialirkan ke
hilir sehingga menjadi salah satu titik penyebab banjir.
6.
Perkembangan
permukiman pada beberapa lokasi yang sebelumnya merupakan daerah pertanian
menimbulkan beberapa hal yang bias mengurangi kapasitas alur seperti :
penyempitan alur, pembelokan alur serta adanya aliran yang tidak mempunyai alur
jelas.
3.2
Saran
Saran atau rekomendasi yang bisa
disarankan untuk mengurangi genangan atau banjir yang terjadi di daerah aliran
Sungai Tukad Mati serta adalah sebagai berikut:
1. Penataan bangunan yang
melintang sungai yang berpotensi menimbulkan potensi banjir dan genangan baik
saat ini maupun masa yang akan datang.
2. Perlu adanya pemeliharaan
saluran drainase secara berkala dan berkesinambungan yang dilakukan oleh
pemerintah serta dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Dalam
pemeliharaan saluran drainase didalamnya terkait pula dengan penambahan sarana
drainase seperti alat angkut dan alat berat yang diperlukan dalam penanganan
masalah drainase.
3. Dengan semakin intensifnya
pemabangunan baik pemukiman, bisnis dan perkantoran di wilayah DAS Tukad Mati
maka penerapan sumur resapan sangat mendesak untuk bisa diterapkan dalam setiap
pembangunan. Hal ini bisa ditempuh dengan menyertakan item pembangunan sumur
resapan di setiap pengurusan untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
Lampiran
Foto
– foto
Gambar
1-4. Saluran Tukad Mati
No comments:
Post a Comment