Wednesday, July 19, 2017

PENGAMATAN SALURAN TUKAD MATI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bali merupakan Kota Wisata, dimana sektor pariwisata merupakan unggulan daerah bali. Untuk mempertahankan dan lebih banyak menarik kunjngan wisatawan maka pemerintah memberika perhatian yang serius terhadap faktor-faktor yang akan mempengaruhi kunjungan wisata. Salah satu diantaranya adalah menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kota Denpasar dengan berbagai fungsinya (kota pendidikan, perdagangan, pariwisata, ibu kota provinsi Bali, dan sebagai kota Denpasar) tidak terlepas dari hal tersebut. Penduduk kota terdiri-dari berbagai lapisan, etnis, dan golongan ekonomi mencerminkan keragaman dan fungsi kotanya. Keragaman penduduk mecerminkan pula mencerminkan kondisi permukimannya yang terdapat di kota Denpasar. Fasilitas berupa prasarana lingkungan yang dimiliki masing-masing lingkungan sangat berbeda yang tentu menimbulkan berbagai permasalahan lingungan yang dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat di daerah perkotaan.
Perkembangan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat serta meningkatnya aktivitas perekonomian berdampak pada permasalahan munculnya penurunan kualitas lingkungan. Penanganan sampah yang tidak ditangani dengan baik terutama di daerah permukiman padat akan menjadi kendala utama dalam kebersihan lingkungan dan berpotensi terhadap adanya penyumbatan saluran sehingga salauran drainase tidak berfungsi. Penanganan sampah yang belum optimal merupakan salah satu penyebab terjdinya penurunan kapasitas penampung saluran sehingga terjadi luapan air maupun genangan.
Pada belakangan ini di kota Denpasar, permasalahan yang mengemuka pada setiap musim hujan adalah masalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan linkungan. Terjadinya banjir dan genangan disebabkan oleh fungsi pembuangan iar (drainase) kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi perencanaan teknik maupun pelaksaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnya sehingga terjadinya penyumbatan saluran drainase oleh sampah industri maupun sampah rumah tangga.
Berbagai permasalahan tersebut di atas muncul sebagai akibat dari perkembangan pembangunan fisik yang sangat pesat maupun tidak terkontrol yang sangat berdampak pada menyempitnya areal resapan, dimana pada sat musim hujan limpasan air permukaan lansung menuju saluran drainse. Berkurangnya daerah resapan menyebabkan kapasitas saluran drainase saat ini menjadi sangat terbatas sehingga fungsi salauran kurang optimal.

1.2    Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini, sesuai yang telah dijabarkan diatas yaitu :
1.2.1   Bagaimana sistem drainase Tukad Mati ?
1.2.2   Apa saja yang menjadi permasalahan drainase Tukad Mati ?
1.2.3   Bagaimana analisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari Penyusunan karya tulis ini yaitu :
1.3.1        Untuk mengetahui sistem drainase Tukad Mati.
1.3.2        Untuk mengetahui permasalahan drainase Tukad Mati.
1.3.3        Untuk menganalisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran.

1.4  Kegunaan
Diharapkan dengan membuat karya tulis ini Penyusun sebagai mahasiswa Teknik Sipil, diharapkan mampu dan dapat menganalisis suatu saluran.

1.5  Landasan Teori
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penyusun memperoleh data dengan mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, data – data dari inststansi terkait, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Penulis juga mencari bahan dan sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu Internet.

1.6  Sistematika Laporan
Pada karya tulis  ini, akan dijelaskan hasil pengamatan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, landasan teori, sampai terahir kepada sistematika laporan
Bab berikutnya membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang Pengamatan dan Analisis Saluran Tukad Mati. Meliputi sistem drainase Tukad Mati, permasalahan drainase Tukad Mati, dan terakhir analisis debit saluran yang ada dengan debit yang akan diterima saluran. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam karya tulis ini. Pada bagian ini, Penyusun menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian drainase pada hakekatnya merupakan suatu sistem saluran, baik itu terbuka maupun tertutup, yang sedemikian rupa dapat mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang jatuh ke bumi, untuk selanjutnya menuju ke badan air penerima seperti sungai, waduk, laut, dalam waktu sesingkat mungkin. Dari pengertian ini, bahwa saluran drainase hanya untuk menampung dan kemudian mengalirkan air hujan saja. Namun kenyataannya sering terjadi masyarakat  membuang limbah rumah tangga (air mandi dan cuci) ke saluran drainase. Hal ini dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, pemandangan tak sedap yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Untuk daerah kota yang memiliki pemukiman yang padat batasan pelayanan sistem drainase harus jelas yakni menampung dan menglirkan air hujan, sedangkan penyaluran air limbah yang tersendiri.
Ø  Suatu sistem drainase perkotaan meliputi:
·         Sistem drainase local (monor drainage system)
·         Sistem drainase utama/makro (major drainage system)
Sistem drainase local/ mikro merupakan sistem drainase yang melayani kepentingan sebagian masyarakat. Sistem ini adalah bagian dari seluruh sistem drainase yang menampung air hujan dari bagian daerah aliran dan mengalirkan ke sistem drainase utama. Karakteristik dari sistem ini untuk menampung atau mengeringkan unit-unit kecil adalah daerah aliran yang meluputi: daerah perumahan, perdagangan, daerah industri atau setiap daerah kecil yang mempunyai karakter perkotaan.
Sistem drainase utama/makro adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian masyarakat, dan sistem ini menampung limpasan air hujan dari sistem drainase lokal, untuk selanjutnya dialirkan ke sungai.

2.1.1   Saluran Drainase
2.1.1.1  Saluran Pembuangan Utama
Saluran yang berfungsi sebagai pembuangan utama/primer adalah sungai/tukad yang ada di wilayah perencanaan yang cukup berpotensi untuk menampung dan mengalirkan air buangan dari saluran sekunder serta limpasan permukaan yang ada pada daerah tangkapan sungai tersebut. Sungai-sungai yang berfungsi sebagai pembuangan utama yang ada di wilayah studi perlu untuk diketahui jumlahnya dan dari masing-masing sungai utama akan terbentuk sistem drainase dan pola aliran tertentu, dengan batas-batas yang jelas sesuai dengan tpografi. Dalam satu sistem akan terdapat beberapa subsitem (saluran sekunder).
Pembagian sistem dalam wilayah studi sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah antara lain:
a.     Topografi
Kondisi topografi sangat penting dalam penentuan pembagian sistem drainase dan dari peta topografi dapat ditentukan dengan jelas batas daerah pelayanan pada masing-masing sistem drainase.
b.    Pola Aliran
Pola aliran sistem drainase secara alamiah mengikuti kemeringan topografi.
c.     Kondisi Drainase Eksisting
Kondisi saluran pembuangan utama eksisting sangat diperlukan dalam perancangan untuk mengetahui apakah cukup mampu mengalirkan debit banjir rencana.
Ø  Kondisi saluran drainase eksisting yang dimaksud, antara lain:
·           Ukuran/dimensi penampang sungai utama.
·           Perkembangan daerah pemukiman di sekitar daerah aliran sungai.
·           Dasar sungai apakah terjadi pendangkalan, erosi, atau ,asih alami.
2.1.1.2  Saluran Pembuangan Sekunder
Fungsi dari saluran sekunder adalah untuk menampung air drainase tersier serta limpasan air permukaan yang ada untuk diteruskan ke drainase utama sungai sungai. Berdasarkan konstruksi saluran drainase dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu; saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka dibuat pada daerah dimana masih cukup tersedia lahan serta bukan merupakan daerah yang sibuk (pertokoan, pasar, dan sebagainya). Sedangkan saluran tertutup dapat dipertimbangkan pemaikaiannya di tempat-tempat yang produksi sampahnya melebihi rata-rata seperti; pasar, terminal, pertokoan, dan pad daerah yang lalulintasnya padat.
Kondisi saluran sekunder eksisting yang perlu diperhatikan adalah:
·           Dimensi penampang saluran, apakah cukup mampu mengalirkan debit banjir.
·           Kemiringan saluran, apakah bisa mengalirkan air dengan lancar.
·           Fungsi saluran.
Saluran sekunder eksisting hanya berfungsi sebagai pembuangan air hujan atau mempunyai fungsi yang lain. Salauran yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran pembuang air hujan dan saluran pembawa irigasi. Kedua fungsi tersebut secara teknis bertentangan, dimana dimensi saluran irigasi adalah mengecil ke arah hilir dan saluran drainase membesar ke arah hilir. Saluran yang berfungsi ganda mempunyai potensi banjir, hal ini disebabkan karena saluran irigasi letaknya selalu di punggung dan sistem pengaturan air menggunakan empangan-empangan, sehingga pada saat hujan, air meluap menggenangi jalan.
·           Dasar saluran apakah terjadi pendangkalan, erosi, atau stabil.
2.1.1.3  Saluran Pembuangan Tersier
Fungsi saluran tersier adalah untuk meneruskan pengaliran air buangan maupun air limpasan menuju ke pembuangan sekunder. Data mengenai kondisi saluran tersier tidak begitu banyak diperlukan dalam perencanaan sistem pembuangan air hujan. Banjir yang terjadi pada saluran tersier bersifat setempat, sedangkan banjir pada saluran sekunder dan saluran pembuangan utama akan membawa dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat baik yang menyangkut sosial, ekonomi, maupun kesehatan.
2.1.2   Rencana Pola aliran
Berdasarkan hasil survey lapangan dan pengukuran topografi di wilayah perencanaan bahwa sepanjang JL. Gatot Subroto terdapat beberapa saluran pembawa irigasi berasal dari intake Peraupan dan intake Oongan. Saluran irigasi eksisting aliran semua mengarah ke daerah perkotaan dan sampai saat ini belum terdapat sistem pengendalian banjir berupa pintu-pintu maupun sodetan. Debit aliran irigasi yang menuju daerah perkotaan pada saat hujan cukup menggangu dan kondisi saluran irigasi eksisting sudah banyak berubah terutama kapasitas aliran pada saluran.
Ada beberapa permasalahan tentang keberadaan saluran irigasi saat ini adalah sebagai berikut:
·         Berkurangnya lahan pertanian di daerah perkotaan dan daerah yang dilayani dengan luas lahan yang sangat kecil (kurang dari 2 are) dengan kepemilikan yang sedikit.
·         Terjadi penyempitan saluran irigasi sehingga akan berdampak terhadap lingkungan sekitar terutama teradinya luapan air dan genangan air.
Belum dilengkapi sistem pengedali banjir seperti; pintu-pintu, sodetan dan normalisasi.

2.2    KONDISI GEOGRAFIS TUKAD MATI
Tukad Mati adalah sungai yang membentang di sisi Barat bagian selatan pulau Bali yang sistem daerah aliran sungainya (DAS) menempati dua wilayah kabupaten yaitu wilayah kabupaten Badung dibagian hulu dan hilir, sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Tata guna lahan daerah tangkapan sungai ini secara keseluruhan berupa lahan budiday, permukiman dan perkotaan. Secara umum topografi DAS Tukad Mati mulai dari daerah agak terjal dibagian utara dan bermuara ke laut Selatan, dimana pada bagian hilirnya dipengaruhi pasang air laut.
Penampang Tukad Mati dari hulu sampai hilir mempunyai lebar serta kedalaman yang bervariasi. Bagian tengah Tukad Mati mulai dari hulu sampai jalan Gunung Agung mempunyai profil penampang yang cukup lebar serta dalam. Sedangkan dari jalan Gunung Agung ke arah hilir mempunyai penampang yang sempit serta dangkal dan alur sungai yang berkelok – kelok.

2.3    SISTEM DRAINASE TUKAD MATI
Tukad Mati merupakan saluran pembuang utama bagi daerah yang masuk DAS Tukad Mati yang meliputi wilayah kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Barat, Denpasar Selatan di kota Denpasar serta wilayah kecamatan Kuta kabupaten Badung. Saluran pembung utama Tukad Mati merupakan gabungan antara beberapa sungai alamiahseperti Tukad Mati, Tukad Teba, Tukad Pangkung Muding serta Tukad Pangkung Kedampang serta beberapa saluran pembuang irigasi pada bagian hulunya.
Pada sistem Tukad Mati terdapat beberapa bendung seperti bendung Lange, bendung Tegeh, bendung Umadui, bendung Dadas dan bendung Tanjung. Dari bendung tersebut bendung Lange dan bendung Umadui merupakan bendung gerak, sementara yang lainnya merupakan bendung tetap.
Secara umum terminologi sistem drainase yang ada di Tukad Mati dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Tukad Mati Hulu, Tukad Mati Bawah, dan Tukad Mati Hilir.
a.    Sistem Tukad Mati Hulu
Sistem Tukad Mati Hulu meliputi saluran pembuangan yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan daerah irigasi diatasnya seperti pembuangan dari daerah irigasi Penarungan, daerah irigasi Kapal, dan daerah irigasi Mambal. Sebagian dari air buangan ini akan memberi beban bagi sistem drainas Tukad Mati secara keseluruhan.
b.    Sistem Tukad Mati Bawah
Sistem Tukad Mati Bawah merupakan sistem Tukad Mati secara alamiah dengan anak – anak sungainya.
c.    Muara Tukad Mati
Pengairan dibagian muara Tukad Mati sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Aliran balik (back water) akibat muka air laut pasang sangat mempengaruhi sistem pengaliran sistem drainase pada skala mikro terutama bagi aliran Tukad Mati.


2.4    PERMASALAHAN DRAINASE KAWASAN TUKAD MATI

Tukad Mati sebagai salah satu drainase utama di wilayah kota Denpasar serta sebagian wilayah kabupaten Badung memiliki beberapa permasalahan terkait dengan adanya genangan dan banjir yang sering menimpa kawasan ini. Beberapa permasalahan yang dapat disampaikan terkait dengan permasalahan drainase di wilayah ini melalui studi literatur dan observasi langsung ke lapangan dapat disampaikan sebagai berikut :
a.       Adanya perubahan alih fungsi lahan yang cukup signifikandikawasan hulu dan tengah serta beberapa bagian pada hilir telah memberi andil besar untuk meningkatkan terjadinya limpasan permukaan. Peningkatan limpasan air yang ada tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas drainase yang memadai. Kondisi ini dapat dilihat dari berkembangya pemukiman di Denpasar Utara, kawasan Puspem Badung serta adanya pengembangan lahan melalui Land Consolidation (LC) di Legian, Seminyak dan Kuta.
b.      Sistem pengembangan permukiman dengan sistem Land Consolidation (LC) dari tanah persawahan telah menimbulkan perubahan arah pemakaian sakuran dari saluran irigasi menjadi saluran drainase. Kondisi ini dapat dilihat pada beberapa perumahan seperti Perumnas Monang – maning dan beberapa perumahan di Padang Sambian, sekitar jl. Pura Demak, dll.
c.       Topologi dari suatu kawasan yang datar sehingga menyulitkan pembuangan airnya menuju saluran pembuangan. Ini dapat dijumpai pada kawasan permukiman dan bisnis disekitar jalan – jalan Pura Demak, kawasan permukiman dan bisnis disekitar jalan Dewi Sri, sekitar jalan Nakula di kawasan Legian dan daerah lainnya.
d.      Adanya penyempitan alur sungai terutama pada bagian tengah dan hilir sehingga kerap menimbulkan terjadinya banjir. Kondisi ini dapat dilihat pada saluran sepanjang jalan Imam Bonjol untuk Tukad Teba, alur tukad mati terutama disebelah hulu bendung Ulun Tanjung, Alur sungai menyempit juga terdapat pada Tukad Pangkung Muding.
e.       Adanya bangunan yang melintang sungai yang mempengaruhi sistem pengaliran ke arah hilir. Kondisi ini dapat dilihat pada bendung tetap Mergaya di jalan Imam Bonjol, bangunan – bangunan bekas irigasi lainya sepanjang Tukad Teba, Jembatan di jalan Gunung Soputan, bendung Ulun Tanjung dan bangunan lainnya.
f.       Tingkat sedimentasi yang tinggi pada alur sungai yang berpengaruh untuk mengurangi kapasistas sungai. Kondisi ini dapat dilihat pada hampir semua ruas sungai, terutama sekali pada Tukad Mati di ruas bendung Umadui sampai muara.
g.      Pembuangan sampah ke badan sungai / saluran. Salah satu yang mempercepat sedimentasi adalah pembuangan sampah ke badan sungai. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga fungsi dari saluran drainase dan sungai yang ada. Keberadaan sampah yang masuk badan saluran atau sungai hampir terjadi pada semua saluran yang ada.






2.1    ANALISI DEBIT SALURAN YANG ADA DENGAN DEBIT SALURAN YANG AKAN DITERIMA
TABEL 1. KEMIRINGAN SALURAN DRAINASE TUKAD MATI
(sumber : Dinas PU Denpasar)

TABEL 2. PERHITUNGAN DEBIT BAJIR RENCANA DENGAN METODE RATIONAL
(sumber : Dinas PU denpasar)



TABEL 3. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
(sumber : Dinas PU Denpasar)


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasli survey lapangan dan analisis yang dilakukan, ada beberapa hal tang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Kawasan Daerah aliran sungai Tukad Mati akan terjadi peningkatan limpasan permukaan yang disebabkan oleh perkembangan pembangunan yang ada dikawasan tersebut. Kawasan perencanaan merupakan daerah perkotaan dan pariwisata yang sangat berkembang. Pembangunan permukiman sangat pesat terjadi dikawasan DAS ini baik dibagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Pembangunan ini dapat dilihat dari berkembangnya permukiman dengan system Land Consolidation (LC) dihampir semua bagian DAS Tukad Mati.
2.      Normalisasi alur sungai dilakukan sebagai salah satu langkah untuk memperjelas alur dan memperbesar kapasitas alur sungai yang ada.
3.      Dengan kapasitas alur yang dimiliki oleh Tukad Mati saat ini maka kapasitas yang dapat dilewatkan oleh Tukad Mati maksimal dengan debit banjir Q25 ­atau banjir dengan skala ulang 25 tahun sekali.
4.      Tukad Mati belum mempunyai system pengendalian banjir yang terintegrasi dari hulu sampai hilir serta dengan anak – anak sungai yang mengalir menuju tukad mati. Kondisi ini disebabkan oleh cukup kompleknya masalah drainase makro dan mikroyang ada.
5.      Bangunan pelengkap yang melintang sungai (jembatan, box culvert, bending tetap) pada beberapa lokasi memberikan kontribusi penurunan jumlah debit yang bias dialirkan ke hilir sehingga menjadi salah satu titik penyebab banjir.
6.      Perkembangan permukiman pada beberapa lokasi yang sebelumnya merupakan daerah pertanian menimbulkan beberapa hal yang bias mengurangi kapasitas alur seperti : penyempitan alur, pembelokan alur serta adanya aliran yang tidak mempunyai alur jelas.
3.2 Saran
Saran atau rekomendasi yang bisa disarankan untuk mengurangi genangan atau banjir yang terjadi di daerah aliran Sungai Tukad Mati serta adalah sebagai berikut:
1.      Penataan bangunan yang melintang sungai yang berpotensi menimbulkan potensi banjir dan genangan baik saat ini maupun masa yang akan datang.
2.      Perlu adanya pemeliharaan saluran drainase secara berkala dan berkesinambungan yang dilakukan oleh pemerintah serta dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Dalam pemeliharaan saluran drainase didalamnya terkait pula dengan penambahan sarana drainase seperti alat angkut dan alat berat yang diperlukan dalam penanganan masalah drainase.
3.      Dengan semakin intensifnya pemabangunan baik pemukiman, bisnis dan perkantoran di wilayah DAS Tukad Mati maka penerapan sumur resapan sangat mendesak untuk bisa diterapkan dalam setiap pembangunan. Hal ini bisa ditempuh dengan menyertakan item pembangunan sumur resapan di setiap pengurusan untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).


Lampiran
Foto – foto





Gambar 1-4. Saluran Tukad Mati

No comments: