Wednesday, July 26, 2017

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (MANAJEMEN MUTU TERPADU)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola organisai dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak dalam organisasi.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitass juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.

1.2. Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam karya tulis ini yaitu :
1.2.1.      Apa itu Manajemen Mutu Terpadu ?
1.2.2.      Apa manfaat dari Manajemen Mutu Terpadu ?
1.2.3.      Bagaimana penerapan Manajemen Mutu Terpadu?

1.3.Tujuan
Tujuan dari Penyusunan karya tulis ini yaitu untuk menjawab apa yang telah menjadi rumusan masalah diatas, diantaranya sebagai berikut.
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian Manajemen Mutu Terpadu.
1.3.2.      Untuk mengetahui manfaat dari Manajemen Mutu Terpadu.
1.3.3.      Untuk mengetahui hal penerapan Manajemen Mutu Terpadu.

 1.4    Manfaat
Manfaat dari Penyusunan ini karya tulis ini antara lain:
1.4.1   Bagi akademisi, agar dapat memberikan informasi yang relevan terkait mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu di jurusan Teknik Sipil, fakultas Teknik, universitas Udayana.
1.4.2   Bagi masyarakat, agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan manajemen mutu terpadu dan penerapannya.

1.5    Landasan Teori
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, Penyusun mempergunakan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Penyusun juga menggunakan sumber informasi dari internet sebagai sumber media visual seperti gambar – gambar yang lebih mudah di mengerti.

1.6    Sistematika Laporan
Pada karya tulis  ini, akan dijelaskan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, landasan teori, sampai terahir kepada sistematika laporan
Bab berikutnya membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang “Manfaat dan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu”. Meliputi Pengertian Manajemen Mutu Terpadu, Manfaat Manajemen Mutu Terpadu, dan terakhir Penerapan Manajemen Mutu Terpadu. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam karya tulis ini. Pada bagian ini, Penyusun menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang dapat dilakukan untuk penanggulangan kebisingan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Malthis dan Jackson (2001) menyatakan : Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah proses manajemen komprehensif yang berfokus pada perbaikan yang terus menerus dari aktifitas organisasi untuk menajamkan kualitas dan jasa yang ditawarkan.
Gaspersz (2005 ) menyatakan bahwa : Manajemen mutu terpadu merupakan pendekatan Manajemen sistimatik yang berorientasi pada organisasi , pelanggan dan pasar melalui kombinasi menciptkan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas manajemen adalah merupakan antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna
menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dari organisasi.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan perfomansi scara terus menerus ( continuos performance improvement ) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan perfomansi scara terus menerus ( continuos performance improvement ) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
Menurut Ishikawa (1992) manajemen mutu terpadu adalah : Sistem manajemen yang menempatkan mutu sebagai strategi usaha, melibatkan setiap fungsi dan anggota organisasi dalam upaya peningkatan mutu dan berorientasi sepenuhnya pada kepuasan pelanggan dan karyawan.
Selanjutnya menurut Nasution (2001) Total Quality Management adalah perpaduan semua fungsi ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan.

1.      Pengertian Total
Menunjukkan bahwa TOM merupakan strategi organisasinal menyeluruh yang melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen serta karyawan. Setiap orang terlibat dalam proses TQM. Lebih lanjut, kata Total berarti bahwa TQM mencakup tidak hanya pengguna akhir dan pembeli eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok bahkan personalia yang mendukung.

2.      Pengertian kualitas
Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi TQM lebih menekankan pelayanan kualitas. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan, bukan organisasi atau manajer departemen pengendalian kwalitas. Kenyataan bahwa ekspetasi pelanggan bersifat individual, tergantung pada latar belakang sosial ekonomis dan karateristik demografis, mempunyai implikasi penting : kualitas bagi seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. Tantangan TQM adalah menyajikan kualitas bagi pelanggan.

3.      Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan pendekatan teknis pengendalian kwalitas yang sempit. Pendekatan TQM sangat berorientasi pada manajemen orang. Implementasi TQM mensyaratkan perubahan organisasional dan manajerial total dan fundamental, yang mencakup misi, visi, orientasi strategis dan berbagai praktek manajemen vital lainnya.

Menurut Nasution (2001) yang membedakan Total Quality Management (TQM) dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen-komponennya. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama, yaitu : focus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim (teamwork), perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Seperti apapun TQM didefisikan, yang lebih penting adalah bagaimana mengimplementasikan TQM dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam sisten TQM secara utuh agar berhasil dalam penerapannya, memberikan nilai tambah dan berdampak positif bagi organisasi., pegawai dan pelanggan. Bila TQM diimplementasikan tidak tepat malah menjadi sumber pemborosan, hal ini bukan tidak sering terjadi meskipun kedengarannya ironis.
  

2.2    Manfaat Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Nasution (2001) manfaat TQM dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan meningkatkan keluaran bebas dari kerusakan. Total Quality Management memberikan jaminan bagi pelanggan, bahwa organisasi mempunyai tanggung jawab tentang kualitas dan mampu menyediakan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. Sebuah Organisasi yang memahami mengapa mereka memperkenalkan Total Quality Management dapat menerapkan suatu system yang fleksibel yang cocok bagi mereka sendiri dan menyadari manfaat serta keefektifan yang dihasilkan oleh Total Quality Management.
Total Quality Management yang efektif harus dapat memastikan bahwa kegiatan-kegiatan bisnis diawasi dan didokumentasikan. Hal ini memungkinkan setiap orang mengetahui apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mereka mengerjakannya. Sebagai hasilnya, inefisiensi dan pemborosan dapat ditentukan sasarannya dan kemudian dihilangkan. Manfaat Total Quality Management yang efektif banyak sekali tetapi hal tersebut hanya dapat direalisasikan oleh perusahaan yang mengenalinya; terikat erat dengan Total Quality Management: menyita waktu dan sulit untuk menerapkan sistem hasil pertimbangan sempurna yang sesuai dengan organisasi yang dapat memajukan tujuan-tujuan bisnis.
Berikut ini adalah manfaat-manfaat umum sebuah Total Quality Management yang efektif yang telah dipertimbangkan masak-masak (Faure,1999) ; (1) pelangganpelanggan yang puas dan setia karena barang dan jasa selalu diproduksi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. (2) biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat pemborosan dihilangkan dan efisiensi ditingkatkan sebagai suatu hasil dari penghapusan ketidak sesuaian. (3) daya saing dan profitabilitas diperbaiki karena biaya-biaya kegiatan operasional berkurang. (4) semangat pegawai ditingkatkan karena mereka bekerja dengan efisien.

Suatu Total Quality Management yang tidak efektif biasanya terlihat oleh setiap orang yang memperhatikannya sebagai pemborosan waktu dan inefisiensi tanpa manfaat nyata bagi organisasi, kecuali menjaga pelanggan tetap senang. Posisi ini dapat timbul apabila manajemen memutuskan untuk menerapkan system TQM tanpa memperhatikan apa yang diperlukan tentang kebutuhan-kebutuhan bisnis secara memadai. Hal ini dapat terjadi bila misalnya organisasi menerapkan Total Quality Management karena tekanan dari para pelanggan mereka untuk mendapatkan pengesahan ISO/BS. Hal ini memberikan kepada para pelanggan jaminan bahwa hanya produk atau jasa yang memenuhi syarat yang akan disediakan oleh pemasok.

2.3    Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Tjiptono dan Diana ( 2003 ) bahwa : Dalam implementasi manajemen mutu terpadu , tidak satupun rumus , kiat ataupun cara tertentu yang universal dan dapat menghasilkan kesuksesan dalam segala kondisi dan untuk semua organisasi. Setiap organisasi harus mengadaptasi ide-ide dan teknik-teknik yang sesuai dengan organisasinya , kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, budaya organisasi, dan situasi kerja yang digeluti organisasi tersebut.
Menurut Tjiptono dan Diana ( 2003 ) bahwa : Dalam implementasi manajemen mutu terpadu, tidak satupun rumus , kiat ataupun cara tertentu yang universal dan dapat menghasilkan kesuksesan dalam segala kondisi dan untuk semua organisasi. Setiap organisasi harus mengadaptasi ide-ide dan teknik-teknik yang sesuai dengan organisasinya , kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, budaya organisasi, dan situasi kerja yang digeluti organisasi tersebut.
1.      Peran Manajemen Senior terhadap perubahan .
2.      Peran / keterlibatan Pegawai .
3.      Hubungan pegawai dengan pimpinan baik secara internal maupun eksternal .
4.      Perbaikan atau penyempurnaan system dan kondisi lingkungan kerja yang mendukung pelaksanaan pekerjaan.

Dalam TQM, Pegawai dibebani kesempatan untuk terlibat aktif di dalam system dengan pengembangan kemampuannya, baik kemampuan manajerial maupun kemampuan pelaksanan operasional. Sasaran yang terpenting didalam TQM adalah bagaimana meningkatkan gairah dan semangat kerja pegawai serta mengembangkan agar punya kualitas yang optimal.
Menurut Marbun dan Heryanto (1993), penerapan peran Total Quality Management adalah (1) peran Pegawai, (2) peran pimpinan, (3) peran hubungan Pegawai dan pimpinan, (4) peran aspek lingkungan kerja.

Berikut ini akan dijelaskan lima penerapan peran TQM :
1.      Pegawai
Menurut Marbun dan Heryanto (1993) bahwa, Program TQM tidak akan berhasil hanya dengan kemauan kuat dari pimpinan, tetapi juga harus ditunjang oleh peran serta pegawai. Menurut Mangkuprawira (2002) bahwa, posisi Pegawai untuk memainkan peran dalam pengelolaan mutu sangatlah strategis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran pegawai adalah kemampuan dan kemauan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Kemampuan untuk mengembangkan diri : asset organisasi yang paling berarti adalah pribadi-pribadi Pegawainya.

2.      Pimpinan
Menurut Tery dan Rue (2001) menyatakan bahwa, para pemimpin mencoba untuk memahami persoalan-persoalan yang dihadapi para anggota dan juga perasaanperasaan mereka, pekerjaan mereka, dan lingkungan kerja. Kemudian Marbun Dan Heryanto (1993) menyatakan bahwa, untuk merangsang perubahan perilaku di organisasi yang bersangkutan, diperlukan keyakinan akan manfaat program TQM dari pimpinan . Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran pimpinan adalah keikutsertaan aktif pimpinan dan adanya keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi yang baik akan membantu kesukseskan satu organisasi dan akan memperkecil kesenjangan / salah paham. Perkembangan perusahaan juga perlu diciptakan oleh pimpinan.

3.      Peran hubungan pegawai dan pimpinan
Menurut Mangkuprawira (2002) bahwa, hubungan pegawai dan pimpinan yang didasarkan pada pendekatan hubungan sosial adalah salah satu upaya agar kinerja pegawai memiliki daya saing tinggi. Marbun dan Heriyanto (1993) menyatakan bahwa, hubungan pegawai dan pimpinan merupakan isu-isu yang menentukan pengorganisasian, antara lain kesebahasaan dalam tindakan, kebersamaan pegawai dan pimpinan dalam menghadapi setiap masalah, keserasian langkah tindakan, kesukarelaan dalam kerjasama : unsur kesukarelaan dalam bekerja yang tulus dan lahir dari dalam diri akan membentuk kekuatan juang yang kokoh. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran pimpinan adalah kemampuan dan keaktifan pimpinan dalam memperjelas dan mempercepat proses kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

4.      Lingkungan kerja
Menurut Tery dan Rue (2001) menyatakan bahwa, lokasi, peralatan meja-meja, formulir-formulir, penerangan, semangat umum, dan sikap-sikap,sarana kerja adalah contoh dari factor-faktor lingkungan kerja. Marbun dan Heryanto (1993) menyatakan bahwa, lingkungan kerja antara lain kedisiplinan kerja akan meningkatkan kualitas kerja, ketertiban dalam tindakan, kerapihan lingkungan dan proses kerja, serta kesegaran jasmani : kondisi fisik seseorang sangat menentukan hasil karyanya . Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja yang baik dapat mendukung keberhasilan petugas dalam melaksanakan pekerjaannya.
  



BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari apa yang telah di uraikan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat manajemen mutu terpadu dapat berupa perbaikan mutu yang berupa memperbaiki posisi persaingan dan meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan. Penerapan manajemen mutu terpadu adalah peran pegawai, peran pemimpin, peran hubungan pegawai dan pemimpin, dan peran aspek lingkungan kerja.

3.2    Saran
Adapun yang menjadi saran dalam karya tulis ini yaitu dalam penerapan manajemen mutu terpadu harus memperhatikan setiap aspek – aspek yang ada.

Monday, July 24, 2017

Tujuh Alat Manajemen Kualitas (Seven Tools)

Tujuh Alat Manajemen Kualitas (Seven Tools)

1.1. Seven Basic Tools of Quality
Tujuh alat dasar manajemen kualitas yang dikenal dengan nama “Seven Basic Tools of Quality”. Tujuh alat dasar manajemen kualitas  adalah alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.  Ketujuh alat yang termasuk dalam kelompok alat dasar manajemen kualitas mempermudah proses analisa dengan tetap mengacu kepada prinsip manajemen kualitas yaitu berbicara dengan fakta. Tujuh alat dasar manajemen kualitas merupakan koleksi alat-alat statistik yang berbasis matematika, tetapi masih mudah untuk diajarkan, sehingga tujuh alat dasar manajemen kualitas tersebut bisa diimplementasikan ke bidang non-engineering dan diajarkan tanpa harus membutuhkan tingkat pendidikan tinggi. Alat yang termasuk dalam kelompok tujuh alat dasar manajemen kualitas merupakan jenis alat yang lebih bersifat eksploratif kuantitatif antara lain :

1. Check Sheet adalah lembar pengumpulan data yang diperbuat untuk mempermudah pengumpulan dan penggunaan data

2. Pareto Diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan masalah utama menurut bobotnya.
Kegunaannya untuk :
a) Menunjukan jenis persoalan utama
b) Membandingkan masing-masing jenis persoalan terhadap keseluruhan
c) Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas
d) Membandingkan hasil perbaikan masing-masing jenis persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.
Dengan memakai Pareto Diagram ini, kita dapat mengkonsentrasikan arah penyelesaian persoalan, maka dari itu Pareto Diagram merupakan langkah pertama didalam melakukan perbaikan.

3. Cause-effect diagram adalah diagram yang menunjukan kumpulan dari sekelompok sebab-sebab yang disebut sebagai factor, serta akibat yang timbul karenanya yang disebut sebagai karakteristik mutu. Kegunaan sebab-akibat adalah untuk menemukan factor-faktor yang merupakan sebab pada suatu masalah. Prisip yang dipakai adalah Brainstrorming atau sumbang saran. Untuk mempermudah menemukan factor penyebab pada umumnya  factor-faktor tersebut dikelompokan dalam 5 faktor utama, yaitu :
a)                   Man
b)                  Material
c)                   Metode
d)                  Machine
e)                   Environment
Sesuai dengan perkembangan pikiran manusia dan perubahan perilaku konsumen, maka baru-baru ini munculah pendapat baru yang mengembangkan 4M+ 1E tersebut diatas, dengan menambahkan 2M, yaitu Minute (waktu) dan Market (pasar).

4. Stratification adalah suatu upaya untuk mengurai atau mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsure-unsur tunggal dari persoalan. Penguraian misalnya dilakukan menurut :
a) Jenis kesalahan
b) Penyebab kesalahan/kerusakan
c) Lokasi kesalahan/kerusakan
d) Bahan (material), hari pembuatan, unit kerja, pekerja/pembuat, penyalur, dll.
Kegunaannya untuk mengetahui/ melihat secara lebih terperinci pengelompokan factor-faktor yang akan mempengaruhi karakteristik mutu. 

5. Scatter diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan korelasi (hubungan) dari suatu penyebab/factor terhadap penyebab/factor lain atau terhadap akibat/karakteristik mutu.
Scatter Digram berguna untuk melihat ada atau tidaknya korelasi dari suatu penyebab terhadap penyebab lain atau terhadap karakteristik mutu.

6. Histogram adalah peta/diagram yang menunjukan harga rata-rata (ᵪ) dan derajat penyebaran (ᵟ)
 Kegunaan :
a)                   Apakah suatu produk dapat diterima atau tidak
b)                  Apakah proses produk sudah sesuai tau belum
c)                   Apakah perlu diambil langkah-langkah perbaikan 

7. Control Chart merupakan grafik dengan pencantuman batas maximum dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Jika terdapat data diluar batas daerah pengendalian, bagian ini menunjukan adanya penyimpangan, tetapi tidak menunjukan penyebab timbulnya penyimpangan tersebut.

1.2.  Seven New Tools of Quality
Tujuh alat baru manajemen kualitas yang disebut “Seven New Tools of Quality”. Sedangkan tujuh alat baru manajemen kualitas atau dikenal juga dengan tujuh alat manajemen mulai diperkenalkan sekitar tahun 1970-an. Tujuh alat baru manajemen kualitas didesain sebagai tanggapan terhadap adanya kebutuhan untuk memecahkan permasalahan kualitatif pada tingkatan manajemen.  Permasalahan kualitatif tersebut misalnya ketidaksamaan cara pandang yang berujung kepada perdebatan yang berlebihan dipecahkan dengan alat bantu diagram affinity.  Kebutuhan pengelompokkan permasalahan atau solusi digunakan alat bantu yang namanya diagram affinity. Masalah tentang bagaimana caranya mengetahui resiko pelaksanaan diselesaikan dengan menggunakan  PDPC. Juga masalah kualitatif seperti bagaimana mengetahui adanya pekerjaan yang paralel dan ada pekerjaan yang genting sehingga tidak boleh mundur, untuk itu digunakan diagram panah. Untuk mengetahui apakah permasalahan  berdiri sendiri atau berhubungan dengan masalah yang lain pada suatu permasalahan yang telah dicoba diselesaikan namun masalah yang sama selalu muncul  berulang, digunakan alat yang disebut diagram  interrelationship dan diagram matriks. Tujuan awal dari tujuh alat baru manajemen kualitas pada prinsipnya adalah untuk mengembangkan teknik-teknik pengendalian kualitas dengan menggunakan pendekatan desain. Tujuh alat baru manajemen kualitas dikembangkan untuk dapat mengorganisasikan data-data verbal secara terstruktur. Berbeda dengan tujuh alat dasar manajemen kualitas yang digunakan untuk mengorganisasikan data numerik. Namun demikian, penggunaan tujuh alat baru manajemen kualitas ini tidak bertentangan dengan tujuh alat dasar manajemen kualitas, melainkan saling mendukung. Tujuh alat baru manajemen kualitas merupakan seperangkat alat kualitas yang baru dan lebih bersifat eksploratif kualitatif. Ketujuh alat manajemen kualitas yang masuk kelompok ini antara lain:
1. Diagram Interrelationships,
2. Diagram Affinity,
3. Diagram Pohon, 
4. Diagram Matriks,
5. Analisis Data Matriks,
6. Diagram Panah, dan
7. PDPC (Process Decision Program Chart)


1. Kepemimpinan Kualitas (Quality Leadership)

Fungsi pemimpin dalam organisasi  :
1. Visionary leader : pengembang
2. Fungsi struktural : menjembatani antar-struktur
3. Penegakan kepatuhan : supervisi, pengawasan
4. Pemberian penghargaan : mendorong prestasi.

Beda manajer dan pemimpin :
· Manajer orientasi pada stabilitas, pemimpin pada inovasi
· Manajer mengharap orang mengerjakan sesuatu lebih efisien, pemimpin mengharap orang setuju tentang apa yang harus dikerjakan
· Manajer melakukan sesuatu dengan baik, pemimpin orang yang melakukan sesuatu yang baik
· Perencanaan manajer rutin dan bidang terbatas, perencanaan pemimpin luas/menjangkau masa depan
· Manajer memberi tugas, pemimpin menjelaskan yang perlu dicapai
· Manajer bekerja dengan peraturan, pemimpin mencari cara terbaik dan bertanggung jawab
· Manajer banyak ke dalam, pemimpin hubungan keluar menggalang dukungan dan mencari sumber daya
· Manajer menjual produk dan jasa konkret, pemimpin menjual gagasan, perasaan, dan emosi
· Besar kekuasaan manajer ditentukan posisi/level, kekuasaan pemimpin terbentuk dari visi dan kemampuan mengkomunikasikan
· Manajer menghindari kegagalan,  pemimpin menganggap kegagalan adalah konsekuensi logis dari usaha menjajaki wilayah asing, dll.

Ciri penting pemimpin efektif  :
1. Stabilitas emosi : menghindari perilaku yang tidak konsisten
2. Bertahan setelah gagal
3. Mampu berhubungan dengan orang
4. Kemampuan teknik ada, dan pandangan tajam.

Burns : Pemimpin transaksional memotivasi pengikut dengan imbalan. Pemimpin transformasional dengan tujuan dan visi. Syarat pemimpin transformasi :
1. Karismatik :   mendorong, menginspirasi dan memotivasi, merangsang antusias
2. Konsiderasi individual : perhatian kepada pengikut
3. Stimulus intelektual : mempertanyakan kondisi saat ini, dengan  3 cara :
· Eksistensialis, fokus pada kreativitas
· Idealis, orientasi pada perkembangan
· Rasionalis dan empiris, mempertahankan status quo-nya.
Situasi dan kondisi sekarang dan dulu : dulu era industri, sekarang era informasi – dulu stabilitas, sekarang perubahan – dulu pengendalian, sekarang pemberdayaan – dulu persaingan, sekarang kolaborasi – dulu keseragaman, sekarang perbedaan.

Aldelfer : teori memotivasi kebutuhan :
1) eksistensi (fisiologi dan rasa aman),  
2) afiliasi (sosial),
3) growth (penghargaan dan aktualisasi).

Elemen kepemimpinan kualitas :
· Demonstrasi kepemimpinan : mengambil inisiatif, memberi contoh dan inspirasi, komitmen terhadap kualitas
· Membangun kesadaran : pendidikan kualitas, diskusi kualitas, sadar terhadap kualitas
· Keterbukaan lini komunikasi
· Menciptakan dorongan : visi / misi
· Fokus pada pelanggan
· Pengembangan kerja tim
· Memberikan dukungan perbaikan : diklat
· Membangun tanggapan dan kepercayaan
· Mendengarkan ide, bertanggung jawab terhadap kualitas
· Menciptakan lingkungan continous improvement
· Menggunakan tim untuk kerja sama bukan konfrontasi.

Robbins : Latar belakang timbul kelompok informal :
a. Keamanan
b. Status
c. Percaya diri
d. Afiliasi
e. Kekuasaan
f. Pencapaian tujuan.

Kelompok berbeda dengan tim. Faktor penghambat keberhasilan "tim" : ada identitas pribadi anggota sehingga tidak dapat bersinergi dengan anggota lain, ketidaksesuaian antar-anggota tim, dan ada pengaruh anggota berhubungan dengan anggota di luar tim.
Teknik pengambilan keputusan dalam kelompok/tim :
· Brainstorming, mengumpulkan semua ide anggota, dikombinasi
· Nominal grup teknik, semua anggota menuliskan ide,  mendiskusikan ide, keputusan dengan ranking
· Delphi teknik, tiap anggota mengajukan ide, didiskusikan, bila ada yang tidak setuju – langkah diulangi (musyawarah), sampai jadi konsensus.
Tipe-tipe Tim :
· Fungsional Tim : pengelompokan individu sesuai kegiatan, berpusat pada pemimpin, vertikal Cross-Fungsional Tim : pengelompokan tanpa batas, pemimpin memberi kekuasaan, untuk tujuan khusus.
· Self-Directed Tim : pengelompokan tidak ada, berpusat pada anggota tim, otonomi.

Tipe organisasi TQM adalah dukungan penuh pimpinan. Karakteristik pimpinan TQM yang handal :
· Mempunyai semangat misi : mempromosikan dirinya
· Mempunyai target
· Komitmen terhadap mutu
· Mendukung perubahan
· Kontak dengan pelanggan.

Nahavandi : Elemen Total Quality Leadership :
1. Tokus pada pelanggan
2. Komitmen jangka panjang
3. Kepemimpinan dan dukungan manajemen puncak
4. Pemberdayaan seluruh personil dan kerja tim
5. Komunikasi efektif
6. Kepercayaan pada analisis proses secara statistik
7. Komitmen terhadap diklat
8. Mendukung pemberian penghargaan-penghargaan.



Nwanko / Richardson :
Untuk dapat berhasil menerapkan TQM diperlukan kepemimpinan visioner, imajinatif, berpengalaman, mampu manganalisis masalah, tanggap terhadap perubahan, mengusahakan kesempurnaan, orientasi jauh ke depan, mampu memberdayakan sumber daya, berani ambil risiko, suka kerja keras, mandiri, mencita-citakan penghargaan atas hasilnya, optimis, inovatif, bertanggung jawab.