Tuesday, April 8, 2014

Trans Sarbagita Sebagai Moda Transportasi Perkotaan di Denpasar Bali

Proposal PKM





Latar Belakang Masalah

Bali adalah salah satu propinsi yang unggul pada sektor pariwisata, memiliki keindahan alam dan keunikan budaya yang tinggi. Pesatnya perkembangan sektor pariwisata Bali telah membuka perkembangan sektor lainnya seperti sektor jasa, industri kecil, perdagangan, pendidikan, transportasi dsb. serta telah terbukti sebagai pemacu pertumbuhan perekonomian di Bali. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan mobilitas yang tinggi yang disertai peningkatan kepadatan lalu lintas.

Bali yang dikenal dengan pariwisatanya yang begitu menawan pernah menjadi sorotan dunia internasional karena macet yang begitu kronis seperti yang diungkapkan majalah Time edisi 1 April 2011 lalu yang menurunkan artikel berjudul "Holidays in Hell: Bali’s Ongoing Woes". Dari informasi Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Pemerintah Provinsi Bali, pada tahun 2009 jumlah penduduk 598.928, sepeda motor 343.707 (1 : 0,6) dan mobil pribadi 69.946 (1: 0,12). 87% rumah tangga mempunyai satu atau lebih sepeda motor dan 32% mempunyai satu mobil atau lebih, menyebabkan 90% perjalanan dinominasi oleh kendaraan pribadi sehingga ruang jalan menjadi tidak efisien.

Pemerintah Provinsi Bali berpikir keras untuk mengurai kemacetan tersebut. Salah satu solusinya adalah menyiapkan sarana transportasi massal yang murah dan nyaman. Transportasi massal tersebut bernama Trans Sarbagita (Denpasar – Badung – Gianyar – Tabanan). Dengan harapan mampu memecah kemacetan yang disebabkan tingginya jumlah kendaraan. Operasional Trans Sarbagita ini hampir mirip dengan busway di Jakarta. Bedanya, koridor Trans Sarbagita ini tersebar di empat kota dan kabupaten. Dengan demikian jangkauannya lebih luas.

Trans Sarbagita diluncurkan oleh Bapak Gubenur Bali pada tanggal 17 agustus 2011 dan mulai beoperasi tanggal 18 agustus 2011 pada koridor 2 : Batubulan-Nusadua PP. Sejak beroperasi, bagaimanakah tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayan Trans Sarbagita dan bagaimana efektifitasnya dalam mengatasi kemacetan, apakah Trans Sarbagita telah mampu memberikan pelayanan yang memuasakan bagi penggunanya dan mampu mengurangi kemacetan yang ada. Untuk itu perlu diadakannya sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Trans Sarbagita dan tingkat efektifitasnya dalam mengatasi kemacetan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi.

Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini, sesuai yang telah dijabarkan diatas yaitu:

  1. Bagaimana sistem transportasi perkotaan Trans Sarbagita?
  2. Bagaimanakah tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Trans Sarbagita terhadap penggunanya?
  3. Bagaimana efektifitas Trans Sarbagita dalam mengatasi kemacetan di kota Denpasar?


Tujuan
Tujuan dari pembuatan proposal ini tidak lain yaitu untuk memperoleh pendanaan untuk melakukan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan tentang Trans Sarbagita sebagai moda transportasi perkotaan di Denpasar Bali. Tujuan utama dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui sistem transportasi Trans Sarbagita, tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Trans Sarbagita dan tingkat efektifitasnya dalam mengatasi kemacetan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi.

Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini yaitu menghasilkan sebuah artikel tentang sistem transportasi perkotaan Trans Sarbagita dalam mengatasi kemacetan.

Kegunaan
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, mahasiswa sebagai intelektual muda diharapakan dapat melatih keterampilannya dalam melakukan penelitian, dan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang Trans Sarbagita di Denpasar – Bali.



Tinjauan Pustaka
Belajar dari kota – kota besar di dunia, permasalahan transportasi perkotaan tidak dapat diatasi hanya dengan pembangunan infrastruktur transportasi. Angkutan umum merupakan pilihan logis terhadap :
a) Memberikan pilihan angkutan kepada masyarakat
b) Peningkatan mobilitas orang
c) Keterbatasan lahan dan biaya pembangunan infrastruktur
d) Peraturan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran fasilitas umum
e) Pelaksanaan amanat undang – undang LLAJ (Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi : 2009).

1. MRT (mass rapid transit)
MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid). Menurut modanya, MRT dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain: bus (buslane/busway), subway, tram, dan monorail. Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain karena biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu dan beroperasi pada lajur khusus, sehingga sering disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar penumpang tidak mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh aktivitas moda angkutan lain yang melintasi rute perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT jenis busway biasanya lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang karena pengembangannya membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan subway, monorel, ataupun tram. Kota Bogota di Kolombia merupakan salah satu contoh sukses penerapan sistem busway.

MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan sistem operasi dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan karena subway terletak di bawah tanah (underground) tetapi stasiun-stasiunnya langsung terhubung ke lokasi pusat kegiatan. Di Eropa Barat, subway merupakan salah satu moda angkutan yang sangat populer dan seringkali dikenal dengan istilah metro system. Kota London merupakan kota pertama yang menerapkan sistem subway sebagai moda angkutan massal berkecepatan tinggi pada tahun 1863.

Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api, tetapi jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Tram dapat ditemukan di hampir semua kota menengah dan besar di Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram pertama kali diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal MRT di dunia. Dalam operasionalnya, dikenal dua jenis tram: (1) tram yang jalur operasinya menyatu dengan jalur lalu-lintas kendaraan; dan (2) tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal dengan istilah light rail.

Monorail merupakan MRT yang memiliki jalur tertentu dan biasanya tidak mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda dengan MRT lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi kegiatan tertentu. Penggunaan monorail sudah banyak dikembangkan di kota-kota metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo, dan Sydney. (Delik Hudalah dan Yudistira Pratama : 2010)

2. Trans Sarbagita
Trans Sarbagita merupakan salah satu sistem transportasi bus cepat atau Mass Rapid Transit. Trans Sarbagita merupakan angkutan umum dalam trayek dengan asal-tujuan dan rute tetap yang mirip dengan Busway di Jakarta, meliputi 17 trayek utama dan 36 trayek cabang/ranting sebagai feeder, merupakan satu kesatuan sistem jaringan pelayanan jasa transportasi massal di wilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Untuk trayek utama menggunakan bus sedang, dan hanya pada ruas jalan tertentu menggunakan bus besar, dan untuk trayek cabang /ranting menggunakan Minibus/Elf atau Microlet. Angkutan umum Trans Sarbagita, diselenggarakan dalam rangka menyediakan pilihan pergerakan bagi masyarakat, sebagai langkah awal dalam mengurangi jumlah kendaraan di jalan dan ketertiban lalu lintas jalan umum.

3. Transjakarta
Transjakarta atau sering disebut Busway merupakan sistem transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit di Jakarta. Sistem ini dimodelkan berdasarkan TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Meskipun busway di Jakarta meniru negara lain (Kolombia, Jepang, Australia), namun Jakarta memilih jalur yang terpanjang dan terbanyak. Sehingga kalau dahulu orang selalu melihat ke Bogota, sekarang Jakarta dijadikan sebagai contoh yang perlu dipelajari masalah dan cara penanggulangannya (Egga : 2012).

Hasil dan pembahasan penelitian Egga Marsia Devana pada tahun 2012 di Jakarta tentang Transjakarta yang berjudul “Peran Transjakarta Dalam Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas di Kota Jakarta”, diantaranya menyimpulkan bahwa pengguna Transjakarta sudah merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Transjakarta dilihat dari faktor kewajaran biaya, kepastian biaya, kebersihan, kenyamanan, keamanan, prosedurpelayanan, kejelasan petugas, tanggung jawab petugas, kemampuan petugas, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, persyaratan pelayanan dan kepastian jadwal. Hanya saja penumpang sangat tidak puas dengan jadwal kedatangan bus Transjakarta yang dapat memakan waktu 30 – 60 menit.

Berdasarkan dari penelitian tentang Transjakarta di kota Jakarta diatas, kami hendak melakukan penelitian dengan metode yang serupa terhadap Trans Sarbagita di kota Denpasar. Penelitian yang fokus pada kondisi yang terjadi di kota Denpasar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian serupa diatas yaitu tidak kami masukannya indikator kewajaran biaya, prosedur pelayanan, kemampuan petugas, dan persyaratan pelayanan karena tidak berpengaruh besar terhadap kondisi riil.

Metode Penelitian
Dalam penelitian kami menggunakan metode deskriptif. Menurut Tika (2005 : 4) “Metode deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan fakta – fakta yang ada, walaupun kadang – kadang diberikan interpretasi atau analisis.” Dalam pelaksanaannya dilapangan, metode yang digunakan adalah metode survei. Menurut Tika (2005 : 6) “metode survei adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.”

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar, yaitu pada trayek Trans Sarbagita koridor 2, yang merupakan koridor pertama beroperasi : dari terminal Batubulan – W.R Supratman – Jl. Bypass Ngurah Rai – Jl. Prof. I.B Mantera – Jl. Bypass Ngurah Rai – Simpang Dewa Ruci – Jl. Setia Budi Kuta – Jl. Raya Kuta – Sentral Parkir Kuta – Jl. Imam Bonjol – Sunset Road timur – Simpang Dewa Ruci – Jl. Bypass Bypass Nusa Dua – Jl. Masuk kawasan Nusa Dua – Jl. Amphi (Halte BTDC 1) dan sebaliknya.

2. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan variable tunggal, yaitu :
Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Trans Sarbagita Indikator :
a. Kepastian biaya
b. Kebersihan lingkungan
c. Kenyamanan lingkungan
d. Keamanan lingkungan
e. Keramahan petugas
f. Kejelasan petugas
g. Tanggung jawab petugas
h. Kecepatan pelayanan
i. Kapasitas jadwal
j. Keadilan mendapatkan pelayanan

3. Populasidan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini meliputi populasi manusia, yaitu seluruh pengguna jasa Trans Sarbagita. Menurut media cetak, yaitu Berita Dewata edisi 16 maret 2012, Sejak dioperasikan tanggal 18 Agustus 2011 hingga 26 Februari 2012 tercatat rata-rata 1.571 orang per hari menggunakanTrans Sarbagita, itu berarti dalam setahun terakhir jumlah penumpang Trans Sarbagita sebanyak 573.415 orang.

b. Sampel
Tentang besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi tidak ada aturan tertentu yang pasti. Kevalidan sampel terletak pada sifat dan karateristik yang mendekati populasi, bukan pada besar atau banyaknya, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Arikunto (2006 : 134) bahwa “Banyaknya sampel tergantung pada : sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, dan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, harga dan dana.”

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel wilayah adalah seluruh halte yang ada pada koridor 2 sebanyak dua puluh halte sebagai berikut :
a. Batu bulan
b. Tohpati
c. Prof. I.B Mantra
d. Padang Galak Sanur
e. Matahari terbit Sanur
f. Sindhu Sanur
g. Danau Poso Sanur
h. Serangan
i. Pesanggaran
j. Pedungan
k. Dewa Ruci 2
l. Sentral parkir Kuta
m. Sunset Road Timur Kuta
n. DewaRuci 1
o. Kuta Timur
p. Jimbaran
q. Taman Griya
r. Bualu
s. Nusa Dua 1
t. BTDC

Untuk penentuan jumlah sampel dan populasi yang akan diteliti, kami berpedoman kepada menurut Brierly dalam Markenis (2009 : 51) “sebagai pedoman kasar, jumlah sampel minimum untuk sebuah riset pengukuran kepuasan pelanggana dalah 200 responden.”

Berdasarkan pendapat di atas besar sampel yang diambil dalam penelitian ini mengambil sebanyak 300 responden yang diambil berdasarkan teknik insedental sampling (sampling kebetulan) yang menurut Purwanto (2011 : 75) “Sampling kebetulan adalah sampel yang diambil karena kebetulan ditemui.” Jumlah responden tersebut sebanyak 300 responden, pengambilan setiap halte dilakukan dengan perhitungan dibagi rata sebanyak 15 responden di setiap halte.

4. Data dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melaksanakan pengamatan langsung dilapangan. Data sekunder didapat dari Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Sarbagita.

5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
5.1.1 Pengamatan (observesi) adalah mendatangi seluruh halte pada koridor 2. Selanjutnya melakukan pengamatan terhadap kondisi sarana prasarana Trans Sarbagita berdasarkan pedoman observasi yang dibuat oleh peneliti. Alat yang digunakan dalam obsevasi lapangan ini adalah kamera digital dan pedoman observasi.

5.1.2 Pemotretan adalah pengambilan objek sarana dan prasaranaTrans Sarbagita dan kondisi lalu lintas saat terjadi naik atau turunya penumpang Trans Sarbagita. Alat yang digunakan adalah kamera.

5.1.3 Angket adalah membagikan angket kepada responden yang merupakan
pengguna Trans Sarbagita.

b. Data Sekunder
5.2.1 Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa
jumlah armada, trayek, data jumlah penumpang Trans Sarbagita.

5.2.2 Studi literatur adalah mengumpulkan buku – buku, jurnal, dan beberapa artikel yang terkait dengan penelitian.

6. Teknik Pengolahan Data
a. Editing adalah pengolahan dari data – data yang sudah didapatkan. Tujuannya yaitu untuk mengecek kelengkapan jawaban instrumen yang diberikan oleh responden.
b. Pengkodean adalah untuk mengelompokkan jawaban yang diberikan oleh responden berdasarkan jenisnya hal ini agar mempermudah dalam mencari data.
c. Tabulasi data adalah pemindahan data – data yang sudah ada dalam bentuk tabel agar mudah untuk melakukan interpretasi datanya.

7. Prosedur dan Tahapan – tahapan Penelitian
a. Persiapan adalah mengumpulkan buku – buku, jurnal, artikel dan hal penelitian – penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini untuk menyiapkan angket dan pedoman observasi.
b. Pelaksanaan adalah melakukan pengumpulan data baik data sekunder maupun data primer. Pengumpulan data primer yaitu melakukan observasi, melakukan penyebaran angket kepada pengguna Trans Sarbagita, serta melakukan pemotretan. Pengumpulan data sekunder berupa pencarian data jumlah armada, trayek, data jumlah penumpang Trans Sarbagita ke UPT Trans Sarbagita.
c. Evaluasi adalah pengolahan data – data yang telah terkumpul dengan menggunakan beberapa teknik seperti teknik editing, pengkodean, dan tabulasi selanjutnya data – data tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

8. Analisis Data
a. Analisis deskriptif adalah analisis yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan gejala yang nampak di daerah penelitian. Dalam teknik analisis data ini peneliti melakukan penarikan kesimpulan terhadap data hasil lapangan.
b. Formula Persentase adalah teknik yang digunakan peneliti untuk menganalisi angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = (f × 100) / N

P = Persentase
f = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
100 = Bilangan konstan

Kriteria perhitungan persentase

0 %           = Tidak ada
1 – 24 %   = Sebagian kecil
25 – 49 % = Kurang dari setengahnya
50 %         = Setengahnya
51 – 74 % = Lebih dari setengahnya
75 – 99 % = Sebagian besar
100 %       = Seluruhnya

c. Menghitung Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yaitu menghitung Indeks kepuasan konsumen dengan menggunakan nilai rata – rata tertimbang masing – masing unsur pelayanan. Dalam perhitungan IKM terdapat 20 unsur yang dikaji atau indikator yang dikaji. Setiap unsur pelayanan mempunyai penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut :

Bobot nilai rata - rata tertimbang = jumlah bobot/ jumlah unsur
                                                        =1 / 10
                                                        = 0,1

Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata – rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut :

IKM = (Total dari Nilai persepsi perunsur / Total unsur yang terisi ) × Nilai penimbang

Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 – 100 maka hasil penilaian tersebut diatas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus sebagi berikut :

Nilai IKM unit pelayanan× 25

Hasil perhitungan tersebut diatas dikategorikan sebagai berikut :

Tabel Nilai Persepsi, Interval IKM, dan Interval Konversi IKM
No Nilai Interval                      Konversi IKM Mutu            Pelayanan Kinerja Unit Pelayanan
1   1,00 – 1,75 25 – 43,75                     D                                          Sangat Tidak Puas
2   1,76 – 2,50 43,76 – 62,50                C                                                  Tidak Puas
3   2,51 – 3,25 62,51 – 81,25                B                                                         Puas
4   3,26 – 4,00 81,26 – 100,00              A                                                    Sangat Puas

Jadwal Kegiatan

Bulan Ke :

  1. Persiapan     : Menyiapkan angket dan pedoman observasi
  2. Pelaksanaan : Pengumpulan data Primer dan Sekunder
  3. Evaluasi       : Editing, pengkodean, dan tabulasi
  4. Analisis Data
  5. Pembuatan laporan hasil penelitian


Rancangan Biaya
Tabel 4. Rancangan biaya
No Uraian                                                                 Jumlah (Rp.)
1    Bahan Habis Pakai
      a. Kertas A4 2 rim                                                  76.200
      b. Tinta Printer Warna 1 set                                    225.000
      c. Pengadaan angket 300set                                  1.050.000
2    Peralatan Penunjang PKM
      a. Penyewaan Kamera 2 hari                                 700.000
      b. Alat – alat tulis -                                                 100.000
3    Perjalanan dan Konsumsi Team
      a. Bukit Jimbaran – Nusa Dua – Batu bulan         3.750.000
      b. Bukit Jimbaran – UPT Trans sarbagita               300.000
4    Lain-lain
      a. Penyusunan laporan                                            300.000
      b. Tabulasi data                                                       500.000
      c. Analisis data                                                        500.000
      d. Biaya tak terduga                                                500.000
                                                                          Total 8.001.200

Daftar Pustaka
Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rieneka Cipta

Devana, Egga Marsia. 2012. Peran Transjakarta Dalam Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas Di Kota Jakarta. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia

Dhae, Arnold. 2012. Peminat Angkutan Sarbagita terus Meningkat. Denpasar: Berita Dewata edisi 16 maret 2012

Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi. 2009. Pengembangan Angkutan Umum Trans Sarbagita. Denpasar:Pemerintah Provinsi Bali

Hudalah, Delik dan Pratama, Yudistira. 2010. MRT: Angkutan perkotaan masa depan?.Bandung: Institut Teknologi Bandung

Kristanti, Elin Yunita. 2011. Atasi Macet, Bali Operasikan Trans Sarbagita.

Denpasar: VIVAnews edisi Kamis 4 agustus 2011

Markenis. 2009. Costumer, Statisfaction dand Beyond. Yogyakarta : Jelajah Nusa

Purwanto. 2011. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Tika, M.P. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara

UPT Trans Sarbagita. 2012. Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali


Biodata Dosen Pembimbing
Nama : Nyoman Budiartha Raka Mandi
Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar/ 16 Nopember 1954
Alamat Rumah : Jl. Tunggul Ametung IIIB no. 5, Denpasar, Bali
Telp. 0361-421537; 081 138 7540
Pekerjaan : Dosen tetap Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNUD
Pangkat/Golongan : Pembina Utama – IV/b
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Alamat Kantor : Kampus Bukit, Jimbaran, Bali
Telp. 0361-701806
Email: budiartha@gamail

PENDIDIKAN
1967 : SD Negeri XXIV, Denpasar
1971 : SMP Negeri II, Denpasar
1974 : SMA Negeri I, Denpasar
1983 : Insinyur Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya [Ir.]
1990 : Master of Science Transportasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung [M.Sc]
1997 : Program Doktor, Civil Engineering pada University of Newcastle – UK, Tidak Selesai
2007 : Program Doktor, Program Studi Teknologi Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
2011 : Doktor, Program Studi Teknologi Kelautan, Bidang keahlian Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

RIWAYAT PEKERJAAN
1983 : CV. Astiti, Konsultan Perencana dan Pengawas, Denpasar Bali (Kabag.Teknik)
1984 – 1985 : PT. Tukad Mas, Surabaya, staf teknik yang diperbantukan di cabang Bali & cabang NTB.
1984 – sekarang : UNUD, Denpasar, Bali (Dosen tetap Jurusan Teknik Sipil)
1990 – sekarang : PT. Guna Teknosa, Denpasar, Bali (Tenaga Ahli)
RIWAYAT JABATAN STRUKTURAL
8 Nopember 1995 s/d : Direktur LPIU, EEDP UNUD, ADB Loan 1432-INO
26 januari 1998
15 Juli 1996 s/d 20 : Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNUD (Periode I)
September 1999
20 September 1999 : Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNUD (Periode II)
s/d 25 September 2003

Pedoman - Pedoman Dalam Dunia Teknik Sipil

1. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung 2002-12 SNI 03-2847-2002 (Beton)
    Downloade
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung_1987 (SKBI 1.3.53.1987)
    Downloade
3. Peraturan Bembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
    Downloade
4. Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan oleh Silvia Sukirman
    Downloade
5. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
    Downloade

Pekerjaan Pengecoran Beton dan Beton Bertulang

Pekerjaan Pengecoran beton dan beton bertulang

Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 – 2847 Tahun 2002) dengan jenis beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).
Persyaratan uji :
  • Trial Test dan Mix Design, Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton struktur.
  • Actual Random Test, Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung untuk mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.
  • Slump Cone Test, Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.
  • Tes Tekan Beton, Pada saat pelaksanaan pengecoran pondasi, balok, plat dan kolom harus dibuatkan silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam (SNI03 – 2847 Tahun 2002), dan dilakukan pengetesan di Laboratorium konstruksi beton.
Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau beton yang bukan struktur.

Bahan untuk adukan beton :
Semen :
  • Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI.
  • Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.
  • Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong semen yang masih utuh.
  • Untuk penyimpanan diletakkan min. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.
Agregat Beton :
  • Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI03 – 2847 Tahun 2002) jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5% keseluruhannya.
  • Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan (SNI03 – 2847 Tahun 2002).
  • Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat campuran di daerah baik menurut (SNI03 – 2847 Tahun 2002).
Air :
  • Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
Besi Beton :
  • Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar / rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai dengan diameter masing-masing.
Kayu untuk cetakan beton :
  • Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu meranti.
  • Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal ± 9 mm dan pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek dilapis cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/schafolding.
Pelaksanaan Pekerjaan Beton :
  • Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman.
  • Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata harus memakai mesin Pengaduk beton / Concrete mixer pengaduk (untuk pembuatan beton praktis campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr) dan memakai Ready Mix (untuk pembuatan beton struktur dengan mutu beton fc’ 22 Mpa).
  • Segera setelah beton dituangkan kedalam bekesting, adukan harus dipadatkan dengan concrete vibrator
  • Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air diatas permukaan terus menerus selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat lantai, sedangkan untuk kolom struktur harus dilindungi dengan membungkus dengan karung goni yang dibasahi.
  • Pembongkaran bekesting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras
  • Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata dengan campuran 1 pc : 3 ps : 6 kr dengan ketebalan minimum 5 cm.
Pekerjaan Bekisting :
  • Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang ditentukan dalam gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
  • Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll. dibuat dari papan/ multiplek t = 9 mm yang berkwalitas baik dan tidak pecah-pecah.
  • Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan
  • Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
  • Bambu disarankan tidak digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik, terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul selama pengecoran, seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
  • Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering dari air limbah, minyak dan kotoran lainnya.
Pekerjaan Baja Tulangan :
  • Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan, sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan harus dipersiapkan menurut SNI03 – 2847 Tahun 2002.
  • Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan dalam gambar.
  • Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan tulangan, jarak antara tulangan dengan bekesting untuk mendapatkan tebal selimut beton / beton decking yang cukup.
  • mempergunakan penyekat / spacer, dudukan / chairs dari blok beton atau baja.
  • Bila dipakai blok beton, maka mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan atau dengan campuran 1 Pc : 2 Ps dan dipasang sudah dalam kondisi kering, semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
  • Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bila perlu.
  • Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti
  • Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah ± 2.5 mm.
Terima kasih
semoga bermanfaat..!

Teknik sipil

Teknik sipil



Jembatan San Francisco-Oakland Bay
Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia.
Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota besar.

Cabang-cabang ilmu teknik sipil

  • Struktural: Cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari beberapa pilihan jenis material seperti baja, beton, kayu, kaca atau bahan lainnya. Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut. Dalam bidang ini dipelajari lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur bangunan, jalan, jembatan, terowongan dari pembangunan pondasi hingga bangunan siap digunakan.
  • Geoteknik: Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dan batuan dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya. Cakupannya dapat berupa investigasi lapangan yang merupakan penyelidikan keadaan-keadaan tanah suatu daerah, penyelidikan laboratorium serta perencanaan konstruksi tanah dan batuan, seperti: timbunan (embankment), galian (excavation), terowongan tanah lunak (soft soil tunnel), terowongan batuan (rock/mountain tunnel), bendungan tanah/batuan (earth dam, rock fill dam), dan lain-lain.
  • Manajemen Konstruksi: Cabang yang mempelajari masalah dalam proyek konstruksi yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan, pengembalian modal, biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan perizinan bangunan hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga diharapkan bangunan tersebut selesai tepat waktu.
  • Hidrologi: Cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan permasalahannya. Mencakup bidang ini antara lain cabang ilmu hidrologi air (berkenaan dengan cuaca, curah hujan, debit air sebuah sungai dsb), hidrolika (sifat material air, tekanan air, gaya dorong air dsb) dan bangunan air seperti pelabuhan, irigasi, waduk/bendungan(dam), kanal.
  • Teknik Lingkungan: Cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan dan isu lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan prasarana air besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi suara dan udara hingga teknik penyehatan.
  • Transportasi: Cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lain konstruksi dan pengaturan jalan raya, konstruksi bandar udara, terminal, stasiun dan manajemennya.
  • Informatika Teknik Sipil: Cabang baru yang mempelajari penerapan Komputer untuk perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan atau Penelitian. Mencakup bidang ini antara lain dicontohkan berupa pemodelan Struktur Bangunan (Struktural dari Materi atau CAD), pemodelan pergerakan air tanah atau limbah, pemodelan lingkungan dengan Teknologi GIS (Geographic information system).
Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan/pelaksana pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, survey lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dsb. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.
Perbedaan dari arsitek, terletak pada posisi ahli teknik sipil dalam sebuah proyek. Arsitek menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan pelaksanaan pembangunan di atas kertas. Hasil rancangan tersebut diserahkan selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk pelaksanaan pembangunan. Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan perbaikan/saran dari pelaksanaan perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya proyek agar sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep finansial dan manajemen proyek atas hal-hal yang memengaruhi jalannya proyek.
Ahli teknik sipil tidak hanya berurusan dengan pembangunan sebuah proyek bangunan, tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program CAD, pemodelan kerusakan akibat gempa, banjir. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai risiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan perencanaan teknis. Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material. Peran ahli teknik sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung telah selesai, seperti terletak pada pemeliharaan fasilitas gedung tersebut.